Eksplorasi.id – Pemerintah pada Mei 2015 telah membubarkan anak usaha PT Pertamina (Persero), Pertamina Energy Trading Ltd (Petral), yang bisa melakukan trading minyak mentah.
Semula, Petral mengendalikan trading tersebut dari Singapura.
Kini, pasca-Petral dibubarkan, tugas tersebut diambilalih oleh Integrated Supply Chain (ISC) yang berkedudukan di dalam negeri,
Namun, sejumlah pihak masih ada yang menganggap bahwa ISC tidak jauh berbeda dibandingkan Petral.
Pernyataannya kemudian, jika Pertamina mengklaim ada perbedaan antara Petral dengan ISC, lalu di mana bedanya?
“Setelah Petral bubar dan proses pengadaan minyak dilakukan oleh ISC, tender-tender pengadaan minyak lebih terbuka, proses bisnisnya dilakukan dengan benar, tidak ada lagi permainan,” kata SVP ISC Daniel Purba di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (21/9).
Daniel menjelaskan, proses bisnis yang berbeda yang dilakukan ISC adalah membuka kesempatan untuk semua pemain, perusahaan di dunia perdagangan internasional untuk bisa berkompetisi secara terbuka (fair) ke Pertamina.
“Kini impor minyak dilakukan Pertamina secara langsung ke produsen-produsen minyak dunia, tidak lagi melalui calo-calo. Harga minyak yang diperoleh jadi lebih murah,” jelas dia.
Menurut Daniel, ISC memperpendek mata rantai transaksi perdagangan. Semula, ada beberapa tahapan transaksi. Namun saat ini pembelian minyak dilakukan secara langsung.
“Tentu mereka (produsen minyak) bisa menawarkan dengan harga kompetitif. Harga yang ditawarkan harus kompetitif biar menang. Dengan berjalannya waktu itu terjadi. Itu jelas terlihat, kami bisa dapat harga yang semakin baik,” ujar dia.
Namun, Daniel enggan mengungkapkan bagaimana pihaknya dapat memastikan bahwa pembelian minyak benar-benar dilakukan tanpa perantara. “Kami memutus rantai sehingga pembelian lebih murah. Caranya? itu rahasia dapur kami,” elak dia.
Daniel berkomentar, saat ini semakin banyak jenis minyak mentah yang ditawarkan pada Pertamina. Itu merupakan dampak keterbukaan yang dilakukan dalam proses pengadaan.
“Kami menerima penawaran crude makin banyak, harganya makin kompetitif, that’s good. Dari Januari sampai September ini sudah hampir 30 jenis crude tambahan yang kami coba. Saat tender kami tandingkan dengan yang eksisting. Kami datangi langsung yang punya crude,” jelasnya.
Daniel mengklaim, berkat diversifikasi pasokan minyak mentah ini Pertamina menjadi lebih efisien. Hingga Juli 2016, efisiensi yang bisa dilakukan dari proses pengadaan telah mencapai USD 122,2 juta.
“Awalnya, target kami di akhir 2015 lalu, kami pasang target efisiensi USD 100 juta. Tapi pasar begitu dinamis. Kami terus cari peluang, sehingga kami bisa mendapat efisiensi yang jauh lebih baik dari yang kami perkirakan,” katanya.
Reporter : Ponco Sulaksono