Eksplorasi.id – Tidak ada satu pun provinsi di Indonesia yang terbebas dari pemadaman listrik (byar pet), DKI Jakarta sekalipun masih mengalaminya. Meski pasokan listrik di Jakarta sudah mencukupi, ada kendala lain yang membuat ibu kota belum terbebas dari mati lampu.
General Manager PLN Distribusi Jaya Raya (Disjaya), Syamsul Huda mengungkapkan bahwa 7 dari 11 Gardu Induk Tegangan Tinggi (GITET) mendistribusikan listrik ke Jakarta sudah kelebihan beban, rata-rata bebannya sudah lebih dari 80%. Akibatnya, bila ada 1 GITET saja yang mengalami gangguan dipastikan ada wilayah yang mati lampu. Beban dari GITET yang terganggu tak bisa dialihkan seluruhnya ke GI (Gardu Induk) lain yang berdekatan karena bebannya sudah 80%, hanya punya sisa ruang 20%.
Perlu GITET baru agar beban yang ditanggung masing-masing gardu bisa berkurang hingga di bawah 70%. Tetapi sulit untuk menambah GITET baru di Jakarta yang sudah padat penduduk dan sangat mahal harga tanahnya. PLN Disjaya memperkirakan bahwa konsumsi listrik Jakarta akan meningkat hingga 10.070 MW pada 2020, dari beban puncak saat ini sebesar 7.293 MW. Kapasitas GITET sekarang baru 9.000 MVA. Idealnya, kapasitas GITET harus mencapai 13.000 MVA pada 2020.
Untuk menyiasati sulitnya masalah pembebasan lahan ini, PLN telah menyepakati kerja sama dengan Pemda DKI Jakarta pada 15 Maret 2016 lalu. PLN dapat meminjam lahan milik Pemda DKI Jakarta untuk pembangunan gardu-gardu. Syamsul juga mengimbau kepada penduduk DKI Jakarta agar tidak menolak pembangunan gardu di dekat rumahnya, ini demi kelancaran aliran listrik. Dia menegaskan, gardu tidak sama sekali membahayakan. Penduduk yang tinggal di dekat gardu justru beruntung karena suplai listrik pasti sangat lancar.
Eksplorasi | Detik | Aditya