Eksplorasi.id – Manajemen PT Pertamina (Persero) bertekad dapat meningkatkan keandalan kilang dengan mengurangi unplanned shutdown dan juga meningkatkan yield valuable product.
Juru bicara Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, tahun ini pihaknya menaikkan target yield valuable product menjadi sekitar 79 persen, lebih tinggi dari target yang telah dicanangkan dalam RKAP 2017 sekitar 77 persen.
“Megaproyek pengolahan dan petrokimia juga akan memulai tahapan yang signifikan tahun ini dengan akan dilakukannya pekerjaan fisik yang ditandai dengan peletakan batu pertama beberapa proyek kilang, yaitu RDMP RU V Balikpapan pada Kuartal I 2017, NGRR Tuban pada Kuartal III 2017, dan RDMP RU IV Cilacap pada Kuartal IV 2017,” kata dia dalam keterangan tertulis yang dikirim ke redaksi Eksplorasi.id, Kamis (2/2).
Penjelasan Wianda, ketiga proyek tersebut ditargetkan untuk selesai dalam rentang waktu 2019, 2021, dan 2022 dengan hasil produksi yang memenuhi spesifikasi Euro 5.
Kemudian, lanjut dia, fokus utama untuk bidang pemasaran adalah mempertahankan volume penjualan BBM retail non subsidi di atas 45 juta kiloliter dalam setahun dengan mutu layanan yang semakin meningkat.
“Tahun ini juga akan menjadi ujian bagi Pertamina untuk mendukung program pemerintah berupa BBM Satu Harga dan juga pendistribusian elpiji 3 kg tepat sasaran, termasuk penyiapan infrastruktur yang dibutuhkan,” jelas dia.
Di satu sisi, imbuh Wianda, Pertamina pun menargetkan penjualan gas perusahaan secara total sebesar 1.179 ribu BBTU dalam setahun. Untuk infrastruktur, Pertamina tahun ini fokus menyelesaikan pipa transmisi gas open access Gresik-Semarang (271 KM) dan proyek-proyek jaringan gas pipa penugasan pemerintah.
“Guna merealisasikan berbagai proyek dan upaya mencapai target-target operasional perusahaan tersebut, Pertamina akan belanja modal sebesar USD 6,67 miliar. Dengan peningkatan kinerja operasional, efisiensi di segala lini dan memperhatikan tren perkembangan harga minyak dunia Pertamina menargetkan laba bersih perusahaan pada tahun 2017 sekitar USD 3 miliar,” ujar dia.
Reporter : Samsul