Eksplorasi.id – PT Pertamina (Persero) hingga kini belum membuka secara transparan soal kasus bercampurnya biosolar dan Fame (Fatty acid methyl esters) dengan air laut.
Pihak Pertamina melalui juru bicaranya, Wianda Pusponegoro, hanya memberi penjelasan singkat bahwa saat ini kasus tersebut ditangani oleh pihak kepolisian.
“Soal biosolar kami tunggu hasil penyelidikan polisi. Termasuk itu indikasi awal di Fame bukan pada solarnya,” kata dia kepada Eksplorasi.id melalui pesan WhatsApp Messenger, Kamis (17/11).
Wianda juga pernah berkomentar, berdasarkan investigasi yang dilakukan pihak Pertamina, telah ditemukan bahwa sumber kontaminasi air berasal dari kapal transporter saat mengangkut Fame.
Namun, ketika ditanya nama kapal transporter yang mengangkut Fame tersebut, Wianda enggan menjawab.
“Soal nama silahkan konfirmasi pada kepolisian. Saya tidak berwenang beri nama-nama pihak lain yang dalam proses pemeriksaan polisi,” elak dia.
Diminta pendapatnya, Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman mengatakan, adanya kebocoran itu menandakan pihak Pertamina telah berlaku ceroboh.
“Saya mencurigai praktik keliru ini sudah lazim dilakukan antara pemasok dengan oknum-oknum Pertamina, tentu tujuannya diduga untuk meraih keuntungan besar dan dapat dibagi bagi oleh oknum-oknumnya,” kata dia.
Yusri juga meminta Wianda berbicara jujur dan tidak menyembunyikan fakta yang terjadi dan sangat merugikan konsumen biosolar. Berdasarkan informasi yang diperoleh, lanjut dia, kapal yang mengangkut biosolar tersebut merupakan milik dari PT Wilmar Nabati Indonesia.
“Nama kapalnya Seroja V. Kapasitas kapal itu bisa mengangkut Fame hingga 7.000 kiloliter (kl), tetapi hanya mengangkut 5.000 kl, sehingga ada ruang kosong sebanyak 2.000 kl yang diduga dicampur denagn air laut. Kapal tersebut di sewa langsung oleh Pertamina melalui Direktorat Pemasaran dan Niaga kepada ship owner-nya Wilmar yang ada di Medan,” ungkap Yusri.
Penelisikan Eksplorasi.id, Kapal Seroja V merupakan kapal jenis tank barge dengan bobot mencapai 2.280 ton. Kapal itu dibuat pada 2012 dan berbendera Indonesia dengan home port di Batam.
Yusri Usman berkomentar, kejadian bercampurnya solar dengan air laut jelas sangat merugikan konsumen.
Dia menambahkan, sebagai bahan baku biodiesel yang dicampur dengan solar original dengan komposisi Fame 20 persen dan solar 80 persen semestinya Pertamina melakukan sejumlah hal.
Pertama, muatan kapal sebelum membongkar di Tanjung Priok, Jakarta yang selanjutnya dikirim ke depo TBBM Plumpang, semestinya dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan kualitas, baik jumlah dan komposisi serta keaslian barang.
Kedua, setelah semua proses dilakukan baru dilakukan batching, pencampuran antara Fame dengan solar. Ketiga, sebelum didistribusikan ke SPBU melalui armada truk tangki, pemeriksaan kualitas harus kembali dilakukan.
Keempat, lazimnya di SPBU, sebelum dijual kepada konsumen, biosolar itu harus diperiksa spesifkasinya apakah sesuai dengan standar yang baku di Pertamina.
“Faktanya, semuanya langkah tersebut di atas di by pass alias tidak ada pengontrolan apapun, dan setelah dicampur langsung didistribusikan. Ini terbukti biosolar tersebut tercampur air,” tegas dia.
Di satu sisi, lanjut Yusri Usman, adanya kecerobohan solar bercampur air laut bisa menjadi pintu masuk untuk membersihkan praktik korupsi di Pertamina seperti yang dilontarkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani kepada KPK.
“KPK harus aktif memantau proses penyidikan yang sedang dilakukan oleh Polri, dan bahkan bila dianggap perlu untuk mengambil alih proses penyidikannya,” jelas dia.
Wilmar Group
Berdasarkan penelusuran Eksplorasi.id, PT Wilmar Nabati Indonesia berlokasi di Gresik, Jawa Timur. Wilmar Nabati masuk ke dalam unit bisnis Wilmar Group, sebuah kelompok perusahaan perkebunan kelapa sawit terkemuka di Indonesia bahkan di dunia.
Kelompok ini diperkirakan memiliki lahan kelapa sawit lebih dari setengah juta hektar diseluruh dunia, terutama di Indonesia. Di Tanah Air lahanya tersebar di Sumatera, Kalimantan dan Papua.
Wilmar Grup yang berbasis di Singapura didirikan dan dikendalikan oleh Martua Sitorus yang merupakan hasil aliansi antara KPN Grup dan Kuok Grup dari Singapura, dengan mendirikan Wilmar International Limited-Singapura, sebuah perusahaan yang sangat terkemuka yang juga memiliki saham di Wilmar International Ltd.
Untuk mengendalikan Wilmar, Martua Sitorus menggandeng rekan bisnisnya Kuok Khoon Hong, seorang pengusaha terkenal dan disegani asal Malaysia. Keduanya adalah pemilik dan pengendali saham Wilmar Holding Pte Ltd (perusahaan induk Wilmar International Ltd). Kuok Khoon Hong duduk sebagai chairman & CEO, sedangkan Martua Sitorus sebagai chief operating officer (COO).
Reporter : HYN