Eksplorasi.id – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia bersama Korea International Cooperation Agency (KOICA), Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) di Indonesia dan Timor Leste, serta Ministry of State Administration Republik Timor-Leste bekerja sama dalam peningkatan akses energi bersih bagi wilayah pedesaan dan terpencil melalui proyek ACCESS atau Accelerating Clean Energy Access to Reduce Inequality.
Dilansir dari laman resmi esdm.go.id, Senin (8/3), bahwa dengan pendanaan senilai 18,5 juta dolar AS dari proyek empat tahun KOICA, sekitar 20 ribu orang yang tinggal di daerah terpencil di Indonesia dan Timor-Leste akan memperoleh akses listrik dan air bersih yang berasal dari tenaga surya.
“Indonesia sendiri memperoleh dukungan 15,5 juta USD yang dapat melistriki dan memberikan akses air bersih kepada 2.964 Kepala Keluarga yang tinggal di desa terpencil di empat wilayah provinsi (Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Tengah),” tulisnya
ACCESS memberikan dukungan di saat yang tepat, yaitu meningkatkan akses ke sumber air yang aman dan andal dengan menggunakan energi terbarukan, terutama masa pandemi COVID-19, di mana kebersihan dan sanitasi sangat penting.
“Kami sangat meyambut baik inisiatif kerja sama ini yang didukung pendanaannya oleh KOICA. Melalui ACCESS, jumlah desa berlistrik dapat meningkat dan sejalan dengan program pengembangan energi terbarukan menuju target bauran energi nasional 23% di tahun 2025,” kata Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian ESDM Dadan Kusdiana, pada sebuah kesempatan di Jakarta, Senin (8/3).
Sementara, Country Director KOICA Indonesia Office, Jeong Hoe Jin menyebutkan, KOICA siap bekerja untuk kemitraan ACCESS, berkomitmen untuk memastikan akses ke energi bersih dan mengatasi masalah kesenjangan energi.
“Di bawah kerangka Kerja sama Selatan-Selatan dan Segitiga antara Timor-Leste dan Indonesia, Pemerintah kedua negara, KOICA dan UNDP akan bekerja sama dengan tujuan bersama yang jelas sehingga proyek ACCESS dapat membuat kemajuan yang berarti,” ucap Jeong Hoe Jin.
Sejalan, Resident Representatif UNDP Indonesia, Norimasa Shimomura mengatakan bahwa setiap orang di Indonesia harus memiliki akses listrik yang dapat diandalkan. Namun, seiring dengan adanya perubahan iklim, harus dilakukan juga upaya menekan laju emisi CO2, dengan melakukan transisi ke sumber energi yang lebih bersih, efisien dan bisa diperbaharui.
“Kami menghargai kemitraan dengan Kementerian ESDM dan KOICA, untuk menyediakan pasokan listrik bersih yang sangat dibutuhkan bagi masyarakat terpencil di pulau-pulau kecil di Indonesia, terutama bagi komunitas yang sekarang menggunakan listrik dari tenaga diesel yang tidak berkelanjutan”, ujarnya.
Di Indonesia, proyek ACCESS akan dilaksanakan di 23 desa di empat provinsi, yaitu Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Tengah. Proyek ini akan membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) off-grid, lengkap dengan remote monitoring system dengan kapasitas total 1,2 Mega Watt.
Selain itu, juga akan dilaksanakan pelatihan dan sertifikasi untuk para operator PLTS dan akan dibentuk lembaga layanan/pengelola lokal (RESCO/BUMDES). Sementara itu, di Timor-Leste, proyek ini akan dilaksanakan di 25 desa di Kota Dili (pulau Atauro), Manatuto dan Bobonaro, dan akan menggunakan sekitar 1.000 lampu tenaga surya yang hemat energi dan 10 pompa air tenaga surya untuk menyediakan akses air bersih.
Kementerian ESDM juga akan menjalankan program Patriot Energi, bekerja sama dengan Inisiatif Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA) yang digawangi oleh Tri Mumpuni. Program ini bertujuan untuk mewujudkan Indonesia terang dan berkeadilan dengan pemanfaatan energi terbarukan.
Program Patriot Energi awalnya diluncurkan pada 2015, dan kembali dijalankan pada tahun 2021 ini. Sebagai bentuk kolaborasi, para Patriot Energi akan membantu pengawasan pelaksanaan program ACCESS pada 23 desa yang akan dibangun akses energi bersih.
Proyek ACCESS yang akan membangun 23 unit PLTS, saat ini masih dalam proses pengadaan, dan ditargetkan selesai pembangunannya pertengahan tahun depan.
Sekitar 100 pemuda-pemudi terpilih dari seluruh Indonesia akan diseleksi untuk bergabung dalam program pembangunan dan pemberdayaan di daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal).
Para patriot energi akan ditugaskan ke desa-desa di Kalimantan dan Papua, dengan tujuan sebagai fasilitator lapangan mendukung tersedianya peta sumber daya alam dan peta potensi sumber daya lokal, sebagai dasar penyusunan program pembangunan yang berkelanjutan, termasuk fasilitas listrik desa berbasis energi terbarukan, demi meningkatkan kesejahteraan desa.
Patriot energi ini juga akan menjadi katalisator inisiasi komunitas masyarakat lokal yang aktif sebagai wadah menciptakan kegiatan-kegiatan ekonomi yang mendukung pemanfaatan energi terbarukan, dan mendukung usaha-usaha produktif masyarakat.
Proses seleksi program Patriot Energi ini akan dilaksanakan April hingga Mei 2021, mencari pemuda-pemudi sarjana/diploma jurusan Teknik untuk dilatih selama 2 bulan (Juni-Juli 2021).
Selanjutnya, ditugaskan selama 12 bulan melakukan pemetaan potensi energi terbarukan di desa penempatan. Para patriot akan dibekali dengan survival training, latihan pengenalan dan pemulihan diri (mindfulness), technical skill, community-based development serta latihan live in and Implementation.