Eksplorasi.id – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih terus mengupayakan penurunan harga untuk industri, salah satunya dengan memangkas penerimaan negara dari gas bumi. Saat ini industri membeli gas dengan rata-rata harga hingga US$ 10 per MMBtu, diharapkan bisa turun sampai US$ 6 per MMBtu.
Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Plt Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Luhut Binsar Panjaitan di Jakarta.
Menurut Luhut, idealnya negara tak lagi mengejar pendapatan dari gas, melainkan multiplier effect yang dihasilkan dari gas. Dengan harga gas murah, industri di dalam negeri bisa lebih efisien sehingga lebih bergeliat, lapangan kerja pun tercipta, kontribusi pajak yang dibayar juga jadi lebih banyak.
“Sekarang kita lagi simulasi berapa persen yang bisa kita kurangi sehingga nilai tambahnya di hilir banyak, sedang kita bicarakan dengan Bu Sri Mulyani (Menteri Keuangan). Kita ingin gas jadi prime mover economy. Industri hilir di hilir bisa dapat gas US$ 5-6/MMBtu. Ini harus bisa kita lakukan,” ujarnya.
Luhut mengungkapkan, Multiplier effect dari penurunan harga gas diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. “Rakyat harus menikmati buah dari setiap policy yang dibuat pemerintah,” imbuhnya.
Sebelumnya, Luhut menegaskan, saat ini Indonesia tak mau lagi jor-joran mengekspor gas keluar. Nantinya, alokasi gas tersebut akan diprioritaskan untuk domestik, dan baru sisanya diekspor.
“Gas bumi yang baru-baru diproduksi akan diolah di dalam negeri agar bernilai tambah. Yang tetap diekspor adalah penjualan gas yang sudah terikat kontrak jangka panjang,” tukasnya.