Eksplorasi.id – Mitsubishi Corporation sebagai pemegang 75 persen saham Sulawesi LNG Development Limited (SLD) selain Korea Gas Corporation (25 persen), ternyata dketahui tidak bisa memenuhi apa yang sudah diajukan dalam proposal calon mitra PT Pertamina (Persero) dan PT Medco Energi Internasional Tbk di proyek kilang Donggi Senoro LNG (DSLNG).
SLD merupakan pemegang saham 59,9 persen saham di PT Donggi Senoro LNG, perusahaan yang mengoperasikan kilang DSLNG. Selain SLD, saham PT DSLNG juga dimiliki anak usaha Pertamina, PT Pertamina Hulu Energi (29 persen), dan anak usaha Medco Energi, PT Medco LNG Indonesia (11,1 persen).
Berdasarkan dokumen yang dihimpun Eksplorasi.id, pada 2006, Mitsubishi mengajukan sejumlah penawaran di dalam proposal, seperti harga LNG FOB di kisaran USD 5,7-USD 7,8 per MMBtu dengan Japan Crude Cocktail (JCC) di level USD 50 per barel.
Kapasitas kilang LNG yang dibangun sebesar 2 juta ton per tahun (million tons per annum/ MMTPA) dengan nilai investasi USD 600 juta hingga USD 800 juta. Ironisnya, manajemen PT DSLNG pada 2015 kemudian mengumumkan bahwa proyek tesebut menghabiskan dana hingga USD 2,8 miliar atau kalau dengan kurs Rp 13.000 mencapai Rp 36,4 triliun.
Kemudian, Mitsubishi juga mengajukan processing fee sebesar USD 2-USD 3 per MMBtu (subject to plant cost), serta harga gas netback USD 3,7-USD 5,9 per MMBtu. Selanjutnya, proposal Mitsubishi dianggap lebih memenuhi kriteria request for biding proposal dibandingkan calon lainnya seperti Mitsui Co & Ltd maupun LNG Energi Utama/ Golar/ Osaka.
Lalu, Pertamina memutuskan memilih Mitsubishi sebagai mitra untuk pengembangan LNG DSLNG downstream business pada 6 Desember 2006. Namun coba bandingkan dengan proposal lain yang diajukan kompetitor Mitsubishi seperti Mitsui dan LNG Energi Utama (LEU).
Mitsui menawarkan harga LNG FOB sebesar USD 6,5-USD 8,5 per MMBtu dengan @JCC USD 50 per barel. Sementara harga LNG FOB yang ditawarkan LEU sebesar USD 6-USD 8 per MMBtu. Kemudian, soal kapasitas Mitsui pun sanggup membangun kilang itu dengan kapasitas 2 MMTPA sedangkan LEU ‘hanya’ 1,8 MMTPA.
Nilai investasi kilangnya, Mitsui berani membangun kilang itu dengan investasi USD 400 juta hingga USD 800 juta, dan LEU sanggup membangun kilang dengan nilai investasi maksimal USD 604 juta. Terkait processing fee, Mitsui dan LEU masing-masing berani memberikan fee sebesar USD 1-USD 2 per MMBtu dan USD 1,36-USD 1,56 per MMBtu.
Sedangkan untuk harga gas netback, Mitsui dan LEU berani menawarkan di level USD 4,5- USD 6,5 per MMBtu dan USD 4,89-USD 6,89 per MMBtu. Di satu sisi, LEU berani menawarkan harga gas untuk bahan bakar (gas price for fuel) sebesar USD 2,15 per MMBtu. Sementara Mitsubishi dan Mitsui tidak berani menyebutkan (not mentioned, assumed netback).
Kilang DSLNG memasuki tahap operasional sejak Juni 2015 dan pengiriman kargo LNG telah dilakukan sejak 2 Agustus 2015 untuk pasar domestik maupun internasional. Kilang itu berlokasi di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, sekitar 45 kilometer arah Tenggara dari Luwuk, ibukota Kabupaten Banggai.
Reporter : HYN