Eksplorasi.id – Kebijakan pemerintah menerapkan program BBM satu harga ternyata membawa implikasi cukup besar bagi PT Pertamina (Persero).

Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan, pihaknya membutuhkan anggara sekitar Rp 800 miliar per tahun untuk mewujudkan keinginan dari Presiden Joko Widodo tersebut.
“Kinerja Pertamina menjadi taruhannya untuk menyiapkan anggaran sebesar itu. Kinerja kami harus selalu baik agar memiliki uang untuk mengimplementasikan kebijakan BBM satu harga tersebut,” kata dia di Jakarta, belum lama ini.
Dwi menambahkan, selain harus terus memiliki kinerja yang kerap mumpuni, perseroan juga harus membangun efisiensi, sehingga kinerja terus baik.
“Kami harus kerja keras membangun efisiensi, sehingga kinerja baik dan itu bisa digunakan mengejar posisi kami yang tertinggal. Nantinya sebagian keuntungan akan kami gunakan untuk membangun daerah tertinggal, terjauh dan terluar. Untungnya, dari sisi jumlah dan volume BBM, daerah-daerah tersebut tidak terlalu besar kebutuhannya,” jelas dia.
Dwi memprediksi kebutuhan premium dan solar untuk Papua sebesar 28 ribu kiloliter (kl) per bulan untuk premium dan 15 ribu kl per bulan untuk solar.
Dia berkomentar, yang menjadi prioritas utama adalah agar pasokan BBM untuk daerah tersebut lancar, sehingga harga BBM tidak akan bergejolak seperti sebelumnya.
“Harga itu bisa bergejolak kalau pasokan tidak lancar. Nomor satu itu pasokan harus lancar, kalau sudah lancar, harganya bisa sampai pada posisi sama dengan yang lain. Kalau pasokan tidak lancar, nanti sulit harganya, naik turunnya terlalu besar,” katanya.
Reporter : Ponco S