Eksplorasi.id – PT PLN (Persero) hingga periode 2016 mencatatkan total liabilitas alias utang yang mesti dibayar sebesar Rp 393,8 triliun. Hal itu terungkap dalam laporan kuangan konsolidasi perseroan yang berakhir pada 31 Desember 2016.
Rinciannya, utang jangka panjang Rp 272,2 triliun dan utang jangka pendek Rp 121,6 triliun. Sementara, hingga 31 Desember tahun lalu total aset perusahaan setrum pelat merah tersebut mencapai Rp 1.274,6 triliun.
Total aset tersebut terdiri atas aset lancar Rp 100,9 triliun dan aset tidak lancar Rp 1.173,6 triliun. Di satu sisi, laba bersih perseroan pada periode 2016 mengalami penurunan drastis sebesar 32,6 persen dibanding 2015 dari semula Rp 15,6 triliun menjadi Rp 10,5 triliun.
Direktur Perencanaan Korporasi PLN Nicke Widyawati mengatakan, penurunan laba disebabkan karena perseroan terus memberikan tarif yang kompetitif bagi masyarakat dan dunia usaha.
“PLN juga mengikuti tax amnesty untuk mendukung program pemerintah, sehingga beban pajak 2016 meningkat cukup signifikan,” kata dia di Gedung Pusat PLN, Jakarta, Rabu (5/4).
Penjelasan Nicke, meskipun laba bersih anjlok namun secara keseluruhan kinerja PLN tahun lalu lebih baik dibanding 2015.
Misalnya, nilai penjualan tenaga listrik PLN selama 2016 naik sebesar Rp 4,3 triliun atau 2,05 persen, menjadi Rp 214,1 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 209,8 triliun.
“Pertumbuhan penjualan berasal dari kenaikan volume penjualan menjadi sebesar 216,0 Terra Watt hour (TWh) atau naik 6,49 persen dibanding dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 202,8 TWh,” jelas Nicke.
Dia menambahkan, peningkatan penjualan sejalan dengan keberhasilan PLN pada 2016 menambah kapasitas pembangkit sebesar 3.714 MW yang berasal dari pembangkit PLN sebesar 1.932 MW.
Kemudian, ada pula tambahan kapasitas dari independent power producer (IPP) sebesar 1.782 MW, serta menyelesaikan 2.859 kilometer sirkuit (kms) jaringan transmisi dan Gardu Induk sebesar 14.123 MVA.
“Peningkatan konsumsi kWh juga didukung kenaikan jumlah pelanggan yang sampai akhir 2016 mencapai 64,3 juta atau bertambah 3,1 juta pelanggan dari akhir 2015 sebesar 61,2 juta pelanggan,” ujar dia.
Komentar Nicke, bertambahnya jumlah pelanggan juga mendorong kenaikan rasio elektrifikasi nasional yaitu dari 88,3 persen pada Desember 2015 menjadi 91,16 persen pada Desember 2016.
Rasio itu telah melampaui target rasio elektrifikasi tahun lalu yang tertuang dalam rencana strategis 2015-2019 sebesar 90,15 persen.
Reporter : Samsul
Comments 1