Eksplorasi.id – Ketua Pusat Kajian Ekonomi Politik Universitas Bung Karno, Salamuddin Daeng menyatakan ada beberapa fakta tentang Migas dan bagaimana peran pemerintah dalam mengatur Migas di negeri ini.
“Berdasarkan data BPS, kontribusi sektor Migas relatif rendah terhadap deflasi (penurunan harga harga), dari deflasi misalnya sebesar 0,09 persen. Deflasi sebagian besar disebabkan andil tarif listrik yakni 0,14 persen, andil harga bawang merah 0,08 persen, harga daging ayam ras 0,05 persen, andil harga BBM bensin 0,04 persen, andil harga telur ayam ras dan andil cabai rawit 0,03 persen, dan lainnya,” kata Salamuddin Daeng, senin (21/3)
Demikian pula sumbangan terhadap ekspor Migas pada Januari 2016 mencapai 1,11 miliar dolar AS atau turun 14,81 persen dibanding bulan sebelumnya atau hanya menyumbangkan 10,54 persen terhadap total ekspor. Sedangkan ekspor non Migas mencapai 89,46 persen pada Januari 2016.
Atas dasar itu, saya merekomendasikan agar Migas difokuskan kepada ekonomi nasional, kecukupan energi dalam negeri bagi industri, trasportasi dan rumah tangga. Indonesia tidak perlu memburu pasar ekspor, mengingat Migas menyangkut hajat hidup orang banyak, ujarnya. Sementara itu, impor Migas Januari 2016 sebesar 1,22 miliar dolar AS atau turun 32,10 persen dibanding Desember 2015, yakni 1,80 miliar dolar AS.
Eksplorasi | Rimanews | Aditya