Eksplorasi.id – Krisis listrik di Kota Palu yang sudah berlangsung cukup lama hingga kini belum juga berakhir sehingga telah menimbulkan banyak kerugian di tengah masyarakat.
“Terutama pelaku usaha banyak yang merugi karena usaha rata-rata tergantung pada listrik pasokan PT PLN,” kata Sekretaris ASPINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia) Sulteng, Acharul Udaya di Palu, Rabu.
Ia mengatakan kebanyakan yang merugi adalah para pelaku usaha termasuk UKM/IKM (Usaha Kecil Menengah dan Industri Kecil Menengah) yang selama ini menggunakan listrik dalam memproduksi berbagai produk olahan dari berbagai komoditi pertanian, perkebunan, perikanan dan kehutanan.
Achrul tidak merinci kerugian dimaksud, kecuali mengatakan hasil produksi tentunya berkurang karena pemberlakukan pemadaman bergilir listrik yang dilakukan pihak PLN yang sampai sekarang ini belum juga berakhir.
Mantan Kepala Cabang PT Sucofindo Sulteng itu meminta PLN secepatnya mengatasi krisis listrik yang sudah berlangsung cukup lama dan telah banyak merugikan dunia usaha dan masyarakat tersebut.
Apalagi sebentar akan menghadapi bulan ramadhan dan hari raya Idul Fitri dimana kebutuhan listrik tentu akan semakin meningkat.
Dia juga meminta PLN untuk menambah pasokan listrik dari Pambangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Poso yang sampai sekarang ini baru terealisasi 24 megawatt.
Kapasitas PLTA Poso mencapai 195MW, sementara suplai daya ke PLN Palu baru 24MW.
Selain itu, PLN juga harus maksimalkan suplai daya dari PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) yang sekarang ini sudah bertambah dua unit.
Dua unit PLTU sebelumnya masing-masing berkapasitas 2x15MW. Sekarang ini ada dua unit lagi yang siap beroperasi dengan kapasitas 2x18MW.
Menurut dia, jika suplai daya dari PLTU dan PLTA Poso lebih dimaksimalkan atau ditingkatkan, maka Palu tidak akan mengalami krisis listrik berkepanjangan seperti yang sudah berlangsung hampir dua bulan terakhir ini.
Eksplorasi | Kompas | Aditya