Eksplorasi.id – Lapangan Kepodang di Blok Muriah yang dioperatori oleh perusahaan migas asal Malaysia, Petronas Carigali Muriah Ltd, ternyata diketahui tidak bisa bisa memproduksi gas sesuai ekspektasi perusahaan.
Diketahui ternyata produksi gas dari Lapangan Kepodang akan habis pada tahun depan atau 2018. Padahal, gas dari Lapangan Kepodang baru diproduksi pada akhir Agustus 2015 sebesar 116 juta kaki kubik per hari.
Deputi Operasi SKK Migas Fatar Yani mengatakan, banyak faktor yang menjadi penyebab kenapa Lapangan Kepodang dalam kondisi kahar (government force majeure).
“Bukan salah prediksi atau estimasi saja. Salah satu penyebab terjadinya kahar adalah volume gas dalam plan of development (PoD) yang disusun operator lama, yaitu BP tidak sesuai produksi yang didapat Petronas Carigali,” kata dia di Jakarta, Rabu (9/8).
Kondisi tersebut, imbuh dia, semakin menjadi karena Petronas saat itu tidak bisa melakukan kajian ulang untuk PoD, karena mengejar target produksi atau onstream Lapangan Kepodang.
“Petronas hanya meneruskan PoD yang sudah disetujui, jadwal proyeknya tidak bisa terlambat. Ada juga faktor interpretasi seismik yang kurang jelas di Lapangan Kepodang. Namun tidak dilakukan kajian ulang karena membutuhkan waktu yang lama,” ujar dia.
Berlokasi di lepas pantai Jawa Timur atau 180 km Timur Laut Semarang, Lapangan Kepodang diketahui menjadi pemasok gas untuk pembangkit listrik Tambak Lorok milik PT PLN (Persero) yang menyuplai listrik di wilayah Jawa Tengah.
PLN dan Petronas diketahui telah meneken perjanjian jual beli gas hingga 2026 untuk PLTGU Tambak Lorok. Lapangan Kepodang memasok gas ke PLTGU Tambak Lorok sebesar 116 MMscfd. Sementara pasokan gas dari Blok Gundih yang dioperatori PT Pertamina EP Asset 4 sebanyak 54 MMscfd.
Terpisah, Direktur Pengadaan PLN Supangkat Iwan Santoso mengatakan, PLN sedang mencari sumber gas baru agar pembangkit Tambak Lorok dengan kapasitas 880 MW tersebut tidak terganggu lantaran gas Kepodang akan habis. “Calon sumber gas lain ada. seperti Lapangan Gundih,” jelasnya.
PGN Mulai Berhitung
Di sisi lain, PT PGN Tbk (Persero) juga mulai menghitung kerugian yang dialami dari kondisi kahar di Lapangan Kepodang. PGN diketahui juga memiliki hak kelola di blok tersebut sebesar 20 persen melalui anak usahanya, PT Saka Energi Indonesia.
Namun, di lapangan itu perseroan menggunakan bendera Saka Energi Muriah Ltd. Saka mengambil 20 persen saham di Blok Muriah dari Sunny Ridge pada 16 Desember 2014.
Direktur Keuangan PGN Nusantara Suyono mengatakan, guna menghitung nilai kerugian, perseroan akan menggandeng pihak ketiga yang juga masih kalangan dalam negeri. “Perlu badan independen untuk melihat (kondisi kahar) itu. Berapa kerugiannya sedang dilihat pihak ketiga,” jelasnya di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (9/8).
Berdasarkan data Eksplorasi.id, selain di Blok Muriah, Saka yang berdiri pada 2011 juga memiliki sejumlah lapangan gas, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Saka diketahui memiliki 36 persen saham di lapangan gas Fasken di Texas, Amerika. Perseroan masuk ke Fasken pada 15 Juli 2014 dengan membeli sebagian saham dari Swift Energy Company.
Di dalam negeri, Saka pun memiliki hak pengelolaan blok migas di dalam negeri, yang di dapat dari kerja sama operasi dan akuisisi. Misalnya di 20 persen di Blok Ketapang yang berlokasi di perairan utara Madura, Jawa Timur.
Saka mengambilalih blok tersebut dari Sierra Oil pada 11 Maret 2013. Operator blok tersebut adalah Petronas. Kemudian, Saka juga mengambilalih 100 persen kepemilikan di Blok Pangkah dari KUFPEC dan HESS pada 10 Januari 2014.
Lalu, pada 27 Juni 2013, Saka mengakuisisi 30 persen kepemilikan pada Blok Bangkanai yang berlokasi di Kalimantan Tengah dari Salamander Energy. Operator blok tersebut adalah Salamander Energy.
Berikutnya, Saka pada 21 Januari 2014 mengambilalih 100 persen kepemilikan di Blok South Sesulu dari HESS. Saka Indonesia Sesulu yang merupakan anak usaha Saka Energi Indonesia menjadi operator blok tersebut.
Selanjutnya, pengambilalihan 8,9 persen saham di Blok Southeast Sumatera dari KNOC pada 12 Desember 2014. Produksi utama blok itu adalah minyak yang berasal dari Lapangan Cinta dan Widuri. Operator blok adalah CNOOC.
Kemudian, akuisisi 11,666 persen saham di Blok Muara Bakau dari GDF SUEZ pada 15 April 2015. Produksi gasnya berasal dari lapangan Jangkrik dan Northeast Jangkrik yang diperkirakan akan gas-in pada kuartal keempat dengan operator blok adalah ENI.
Reporter : Sam