Optimalisasi blok-blok migas besar seperti Blok Cepu dan Blok Rokan bisa menjadi andalan untuk mempertahankan produksi migas nasional. Demikian disampaikan Founder & Advisor ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (13/8).
“Selain itu, perlu percepatan operasi blok-blok baru yang besar seperti Blok Andaman dan Blok Masela, termasuk dukungan terhadap proyek Indonesia Deepwater Development/IDD,” kata Pri Agung.
Jelasnya, untuk mendorong peningkatan produksi diperlukan dukungan infrastruktur yang memadai untuk mempercepat operasi blok migas skala besar yang selama ini telah ditemukan.
“APBN 2024 telah menargetkan lifting minyak bumi sebesar 635 ribu barel/hari (bph) dan lifting gas bumi sebesar 1.033 ribu barrel oil equivalent/hari (BOEPD),” paparnya.
Pri Agung bilang, selama ini kinerja SKK Migas serta KKKS dalam mengawal operasional sektor hulu migas sudah maksimal. Hanya saja, tantangan terbesar adalah menemukan lapangan baru sekaligus mempercepat operasinya.
“Pengembangan lapangan baru akan sangat membantu peningkatan produksi migasm,” katanya lagi.
Salah satunya, produksi perdana Banyu Urip Infill Clastic (BUIC) Blok Cepu di Bojonegoro, Jawa Timur, pada 9 Agustus 2024, yang mampu memberikan tambahan produksi hingga 13.300 barel minyak per hari.
Berdasarkan data SKK Migas mencatat delapan proyek yang sebelumnya telah onstream, yaitu Proyek Gas SWPG Debottlenecking (21 April 2024), Proyek Gas Bekapai Artificial Lift (24 Mei 2024), Proyek Minyak OPL Main (29 Mei 2024), Proyek Gas AFCP (11 Juni 2024), Proyek minyak Flowline ASDJ-116X (16 Juni 2024), Proyek Gas Peciko 8B (18 Juni 2024), Fasilitas Kompresor South Sembakung (19 Juni 2024), dan Proyek Gas Dayung Facility Optimization (30 Juni 2024).
Pri Agung menambahkan untuk mendorong percepatan produksi blok-blok migas besar, pemerintah juga perlu memberikan dukungan infrastruktur yang memadai. Hal itu untuk memastikan distribusi hasil produksi, khususnya gas mampu terserap dengan baik.
“Contohnya, pemerintah perlu menggenjot infrastruktur agar gas yang ada di Jawa Timur bisa mengalir ke Jawa Tengah hingga Jawa Barat, dan bisa diserap secara optimal oleh industri,” kata Pri Agung.