Eksplorasi.id – Manajemen PT Pertamina (Persero) diperkirakan akan meraup dana segar sekitar USD 1,35 miliar atau setara Rp 17,9 triliun (kurs Rp 13.300) pada akhir tahun nanti.
Dana tersebut akan diperoleh bila pemerintah Indonesia sepakat bahwa Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation bisa kembali ikut mengelola Blok Mahakam.
Kontrak Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation mengelola Blok Mahakam akan berakhir pada 31 Desember 2017. Saat ini kedua perusahaan tersebut sedang mengajukan permintaan kembali untuk bisa mengelola blok migas yang berada di wilayah Kalimantan Timur itu.
Seperti diketahui, semula Total dan Inpex kembali berpeluang memiliki hak partisipasi (participating interest/ PI) sebesar 30 persen dengan mekanisme sharedown pascahabisnya kontrak dua perusahaan itu di Blok Mahakam.
Namun belakangan Total dan Inpex mengajukan penambahan porsi saham di Blok Mahakam menjadi 39 persen. Pemerintah Indonesia diketahui telah menyetujui permintaan tersebut.
Sebelumnya pada 23 Mei lalu Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan pernah berkomentar, Total E&P (dan Inpex) akan penjadi pemilik 39 persen saham di Blok Mahakam mulai Januari 2018. “Mereka (Total E&P) beli sudah mau 39 persen itu, tadinya mau gratis sekarang beli,” katanya.
Dana segar USD 1,35 miliar (Rp 17,9 triliun) yang akan diperoleh Pertamina tersebut sesuai valuasi aset Blok Mahakam. Berdasarkan data yang dihimpun Eksplorasi.id, valuasi nilai aset Blok Mahakam ketika kontrak berakhir, yakni pada 31 Desember 2017, ditaksir mencapai USD 3,45 miliar atau setara Rp 45,9 triliun.
Berarti 39 persen dari USD 3,45 miliar adalah USD 1,35 miliar. Data tersebut diperoleh dari SKK Migas yang memercayakan perhitungan tersebut kepada kepada dua perusahaan penakar aset, yakni IHS Vantage dan PetroPro, yang pernah dirilis pada awal 2016.
Sesuai perhitungan IHS Vantage dan PetroPro, total aset wilayah kerja yang yang ditaksir masih memiliki kandungan gas bumi 3,8 triliun kaki kubik ketika kontrak berakhir.
Angka valuasi tersebut jelas berkurang jika dibandingkan dengan valuasi yang terakhir dilakukan pada 31 Desember 2014 sebesar USD 4,79 miliar atau sekitar Rp 63,7 triliun akibat kegiatan produksi.
Kelola 100 Persen
Sementara itu, Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman mengatakan, sejatinya Pertamina bisa mengelola Blok Mahakam secara mandiri alias memiliki 100 persen saham di blok tersebut.
Penjelasan dia, sebenarnya Pertamina bukan tidak percaya diri untuk mengelola Blok Mahakam 100 persen. Namun, imbuh dia, diduga ada ‘kelompok’ yang memengaruhi elite kekuasaan yang diduga menekan direksi Pertamina untuk menyerahkan sebagian saham Blok Mahakam kepada Total dan Inpex.
“Padahal perlu diketahui bahwa Blok Mahakam adalah blok produksi, bukan lapangan eksplorasi yang berisiko tinggi tingkat kegagalannya. Apalagi jumlah sumber daya manusia yang bekerja di Blok Mahakam selama ini sekitar 97 persen adalah orang Indonesia,” kata dia, akhir pekan lalu.
Menurut Yusri, Pertamina diyakini bisa mengelola blok tersebut secara mandiri tanpa kesulitan apapun, apalagi terkait pendanaan. “Kalau bicara kendala sumber pembiayaan untuk investasi, sudah antri lembaga keuangan nasional dan lembaga pembiayaan internasional untuk membiayai investasi di Blok Mahakam,” jelas dia.
Sekedar mengingatkan Yusri kembali menjelaskan bahwa di bawah jajaran direksi sebelumnya, baik di era Karen Agustiawan maupun Dwi Soetjipto, perseroan sangat percaya diri bisa mengelola Blok Mahakam 100 persen.
“Direksi saat ini harus menjelaskan ke publik secara terbuka alasan melepas sebagian saham di Blok Mahakam. Pertamina itu hebat, buktinya sukses mengelola Blok West Madura Offshore (WMO) dan Blok Offshore North West Java (ONWJ) dari perusahaan migas asing. Bahkan produksi kedua blok itu bisa meningkat di atas 100 persen dibanding operator sebelumnya,” ujar dia.
Sementara, seperti dilansir dari Tempo.co, Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Kalimantan dan Sulawesi Nasvar Nazar, pada 13 Juli lalu di Latim Etam, Kota Samarinda, pernah berkomentar bahwa Pertamina sudah siap mengelola Blok Mahakam meski tanpa Total E&P dan Inpex. “Dari sisi Pertamina, tanpa Total (dan Inpex), Pertamina siap,” kata dia.
Penjelasan Nasvar, pengambilalihan kelola Blok Mahakam tidak memerlukan biaya investasi besar. Persoalan biaya produksi rutin juga sudah siap dipenuhi Pertamina. “Ini blok sudah produksi. Untuk biaya operasional rutin tiap tahun insyaallah Pertamina sanggup. Jadi tidak ada masalah,” ujar dia.
Keyakinan itu bukan tanpa alasan. Sebab, kata Nasvar, kurang dari dua minggu sejak Pertamina mengambilalih per 1 Januari 2018, Pertamina akan langsung mendapatkan pemasukan.
“Begitu 1 Januari, tidak sampai dua minggu sudah ada pengapalan di Bontang untuk kargo LNG, uangnya sudah mengalir. Jadi ini secara investasi sangat kecil sudah berputar sendiri di dalam,” jelas Nasvar.
Terkait tingkat produksi pun menurut Nasvar tidak menjadi persoalan. Tingkat produksi di Blok Mahakam bahkan malah naik hampir lima persen dari perencanaan awal per 31 Mei 2017.
Reporter : Sam