Eksplorasi.id – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat kenaikan lifting atau produksi siap jual minyak selama Juli lalu. Jumlahnya sudah melebihi target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016.
Kepala Humas SKK Migas Taslim Z. Yunus mengatakan, realisasi lifting minyak per 31 Juli 2016 sebesar 836.370 barel minyak per hari (bph). Artinya, lebih tinggi 2 persen dari target dalam APBN-P 2016 yang sebesar 820 ribu bph.
Taslim mengatakan, salah satu penyebab kenaikan lifting adalah kinerja lapangan minyak Banyu Urip di Blok Cepu yang bisa memproduksi rata-rata 165 ribu bph. “Karena tidak ada shut down juga selama bulan Juli,” kata dia kepada Katadata, Senin (1/8). Shut down merupakan pemberhentian sementara operasional lapangan minyak yang sempat terjadi di Lapangan Banyu Urip pada tahun lalu.
Sementara itu, realisasi lifting gas hingga 31 Juli lalu mencapai 7.849 juta kaki kubik (mmcfd). Angka ini juga sudah melebihi target APBNP 2016 yang hanya 6.440 mmscfd.
Pada Juni lalu, capaian lifting migas lebih rendah karena terjadi penundaan proses lifting akibat adanya libur lebaran Idul Fitri. Alhasil kapal yang mengangkut migas pun tidak beroperasi sementara waktu.
Di sisi lain, saat ini pemerintah tengah menggenjot produksi minyak dan gas bumi. Bahkan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar akan mendorong teknologi baru untuk meningkatkan produksi minyak dan gas bumi (migas).
Menurut Arcandra, salah satu teknologi yang bisa diterapkan adalah tension leg platform (TLP) yang diciptakan Ed Horton, yakni multi kolom TLP. Teknologi ini ditujukan untuk lapangan marginal di lepas pantai mulai dari shallow wateryang memiliki kedalaman hingga 300 meter, sampai deep water yang memiliki kedalaman 300 menter hingga 1.500 meter.
Selain itu, bisa juga menggunakan Enhanced Oil Recovery (EOR). EOR adalah suatu metode yang digunakan untuk meningkatkan cadangan minyak pada suatu sumur dengan cara mengangkat volume minyak yang sebelumnya tidak dapat diproduksi.
Metode EOR ini digunakan karena cadangan baru dengan jumlah besar sudah tidak ada. Saat ini yang bisa dilakukan adalah memaksimalkan sisa-sisa minyak yang ada di lapangan lama. Karena menurut Arcandra, suatu lapangan yang dibilang minyak habis itu masih sisa 50 hingga 60 persen.
Sementara itu, Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Satya Widhya Yudha mengatakan, teknologi memang merupakan salah satu aspek penting untuk meningkatkan produksi migas. Tapi juga harus hati-hati dalam mencari teknologi yang tepat digunakan. “Agar negara kita tidak dijadikan uji coba bagi negara asing atas beban cost recovery,” ujar dia kepada Katadata, Senin (1/8).
Eksplorasi | Aditya