Eksplorasi.id – Listrik (byarpet) masih terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia. Padahal, pemerintah telah berupaya membangun bermacam-macam pembangkit energi untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional.
Deputi Bidang Teknologi Energi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Taswanda Taryo menilai, listrik byarpet disebabkan karena kebutuhan pelanggan semakin besar. Penemuan tenaga listrik alternatif harus bisa menjadi solusinya. Dalam hal ini, Taswanda mengusulkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Namun, sampai saat ini, wacana membangun PLTN belum menunjukkan adanya tanda-tanda realisasi.
Butuh waktu 8-10 tahun untuk membangun proyek PLTN. Namun, menurutnya, PLTN bisa menjadi sumber energi alternatif guna mendukung proyek listrik 35 ribu megawatt yang dicanangkan pemerintah pusat. Dibandingkan pembangkit lain, biaya operasional PLTN hanya mencapai 5 persennya.
“Untuk pendirian memang cukup kompetitif nilainya. Tapi, biaya operasionalnya lebih murah karena tidak berkelanjutan,” ujar Taswanda, Kamis (24/3). Dari segi kesiapan, kata Taswanda, Indonesia telah menguasai teknologi eksplorasi, penambangan, dan pengolahan uranium skla pilot dengan kapasitas 2 ton perhari. Seperti yang dilakukan di Kalimantan Barat dan Melawi.
Eksplorasi | Kompas | Aditya