Eksplorasi.id – Indonesia hingga kini telah memiliki 21 menteri ESDM. Saat ini, jabatan tersebut dipegang oleh Arifin Tasrif. Namun, masih banyak publik yang tidak mengenal siapa menteri ESDM pertama di republik ini.
Dia adalah Ir Raden Mas Pandji Soerachman Tjokroadisoerjo atau sering pula dieja Pandji Surachman Tjokroadisurjo.
Lahir di di Wonosobo, Jawa Tengah, 30 Agustus 1894, meninggal di Kota Den Haag, Belanda, 16 November 1952 pada umur 58 tahun, adalah insinyur teknik kimia pribumi pertama yang pernah menjabat menteri Kemakmuran pada Kabinet Presidensial.
Dia menjabat sebagai ‘menteri ESDM’ pertama karena semula lembaga pertama yang menangani pertambangan di Indonesia adalah Jawatan Tambang dan Geologi yang dibentuk pada 11 September 1945. Jawatan ini semula bernama ‘Chisitsu Chosajo’, bernaung di bawah Kementerian Kemakmuran.
Dia juga pernah duduk sebagai menteri Keuangan pada Kabinet Sjahrir I, dan Presiden Universiteit Indonesia yang pertama setelah penyerahan kedaulatan Republik Indonesia.
Situs Wikipedia menulis, Surachman Tjokroadisurjo lahir dari keluarga Bupati di Wonosobo, ayahnya bernama Raden Mas Toemenggong Soerjohadikoesoemo, bupati Wonosobo ketiga. Kakeknya adalah Raden Mas Adipati Ario Tjokroadisoerjo, bupati Wonosobo kedua.
Jika ditelusuri lebih lanjut, Soerachman merupakan keturunan generasi kelima dari Hamengkubuwana II. Soerachman menikah dengan R Aj Soenarti, putri tunggal dari Bupati Kabupaten Grobogan, RAA Pangeran Soenarto, yang masih berusia 16 tahun pada 1922.
Pernikahan terjadi akibat kemauan orang tua dari kedua belah pihak yang sesama Bupati. dari hasil pernikahannya, dia memiliki tiga orang putri dan satu orang putra.
Soerachman menjalani pendidikan dasarnya di sekolah Belanda ELS (Europeesche Lagere School). Semasa sekolah, Soerachman sangat menonjol dalam bidang ilmu pengetahuan hingga lulus dengan nilai yang sangat memuaskan.
Lulus dari ELS, Soerachman melanjutkan pendidikan menengahnya di Hogere Burger School (HBS). Pada 1915, dia dikirim oleh pemerintah ke negeri Belanda dan diterima di Technische Hoogeschool Delft.
Meskipun pada waktu itu Perang Dunia I sedang berlangsung, namun berkat ketekunannya dia dapat menyelesaikan studinya selama tepat lima tahun dengan gelar Insinyur Kimia tepatnya pada 1920. Dia merupakan satu-satunya dan insinyur Teknik kimia pribumi di Indonesia pada saat itu.
Dalam memulai karier untuk pertama kalinya, Soerachman ditempatkan di Kota Bandung. Di sana dia mendapat tugas untuk memimpin Laboraturium Kimia. Sebenarnya orang tua Soerachman mengharapkan ia dapat menggantikan posisinya sebagai Bupati, tetapi jabatan itu tidak menarik perhatian Soerachman.
Soerachman juga menolak ketika dia akan diangkat menjadi Mantri Polisi setelah menerima gelar Insinyurnya. Dia lebih tertarik untuk mengabdikan dirinya dalam bidang ilmu pengetahuan.
Jasa Soerachman pada zaman kemerdekaan tidaklah dapat dilepaskan dengan berdirinya Universitas Indonesia. Menjelang pengakuan kedaulatan Indonesia Serikat, pemerintah Indonesia membentuk Panitia Persiapan Negara (PPN) yang bertugas antara lain mempersiapkan pengambilalihan lembaga perguruan tinggi yang diselenggarakan NICA.
Undang-undang Darurat No 7/1950 mewajibkan menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan mengambil tindakan secepat-cepatnya terhadap Universiteit van Indonesie beserta semua fakultasnya, agar universitas tersebut dapat memenuhi aliran nasional Republik Indonesia Serikat.
Pada 2 Februari 1950 terjadilah perundingan antara pihak Republik Indonesia, diwakili antara lain oleh dr Abu Hanifah, dengan pihak Belanda bertempat di Aula Fakultas Kedokteran, Jalan Salemba No 6 Jakarta.
Perundingan ini tidak berjalan dengan semestinya dan berakhir dengan kekacauan. Akan tetapi pada hari itulah juga lahir suatu lembaga pendidikan baru, yang bernama Universiteit Indonesia, kemudian menjadi Universitas Indonesia.
Universitas ini merupakan penggabungan dari Universiteit van Indonesie milik NICA dan ‘Balai Perguruan Tinggi Republik Indonesia’. Termasuk di dalamnya adalah penggabungan dari Faculteit der Rechtsgeleerdheid en Sociale Wetenschappen dan ‘Fakultas Hukum’ milik ‘Balai Perguruan Tinggi Republik Indonesia’, dengan nama Fakulteit Hukum dan Pengetahuan Masyarakat. dengan Dekan Prof Mr Djokosoetono dan Panitera Prof Mr Dr Hazairin.
Soerachman Tjokroadisoerjo merupakan presiden, saat ini disebut rektor, pertama Universiteit Indonesia (UI) yang secara resmi memulai kegiatannya pada 2 Februari 1950. Kantor Presiden Universiteit Indonesia mula-mula berkedudukan di Jakarta, tepatnya di gedung Fakultas Kedokteran di Jl Salemba Raya No. 6.
Nama Soerachman terpilih menjadi salah satu dari 19 nama tokoh yang dianggap berjasa oleh Universitas Indonesia yang diabadikan menjadi nama jalan di dalam lingkup Universitas Indonesia.
Peresmian 19 nama jalan akses sepanjang 15 kilometer ini ditandai dengan penyerahan pin emas dan sertifikat kepada ahli waris di Gedung Balai Sidang kampus UI, Rabu 10 Juni 2009.
Pada 1952, Soerachman ditunjuk sebagai ketua delegasi Perwakilan Indonesia ke negeri Belanda untuk menyelesaikan urusan pemindahan perusahaan-perusahaan dan pertambangan timah.
Tugas ini bertujuan untuk menasionalisasikan semua perusahaan Belanda di Indonesia. Sewaktu Soerachman masih menjalankan tugasnya di Belanda, selama enam bulan ia menderita penyakit darah tinggi hingga akhirnya wafat di sana. Dia dimakamkan di pemakaman Candiwulan, Jawa Tengah.
Reporter: HYN