Eksplorasi.id – Keinginan manajemen PT PLN (Persero) masuk ke bisnis panas bumi mendapat kritikan dari Menteri ESDM Ignasius Jonan.
Jonan berkomentar, semestinya PLN fokus terlebih dahulu membangun transmisi tenaga listrik dibanding mengurusi persoalan panas bumi. “Masalah utama distribusi tenaga listrik belum tuntas,” kata dia di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (27/10).
Menurut Jonan, pembangunan transmisi tenaga listrik mutlak dilakukan agar distribusi kelistrikan merata di wilayah Tanah Air. Dia menjelaskan, saat ini rasio elektrifikasi Indonesia memang sudah mencapai 88,3 persen.
“Tapi perlu diingat, pemerataannya terbilang masih kurang. Coba lihat rasio cakupan (coverage ratio) listrik di Papua hanya 50 persen. Selama ini, rasio elektrifikasi hanya mmenghitung konsumsi listik rumah tangga tanpa menghitung fasilitas umum dan fasilitas sosial yang terdapat di wilayah bersangkutan,” jelas dia.
Jonan mengakui, masuknya PLN ke bisnis panas bumi sebenarnya bisa dimaklumi. Ini terkait untuk mencapai kondisi kelistrikan yang lebih efisien.
“Tapi saya khawatir jika fokus PLN malah terpecah-pecah. Fokus dulu ke transmisi. Kalau tidak ada transmisi bahaya. Ini harus jadi dulu. Jika PLN bisa bangun trasmisi segera laksanakan. Kalau tidak bisa gandeng swasta. Saya minta, hal prioritas seperti ini sebisa mungkin jangan gunakan dana APBN,” tegas dia.
Sekedar informasi, PLN berminat untuk mengakuisisi 50 persen saham PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) untuk kembali menggiatkan lini bisnis panas bumi. PLN pun diketahui akan ikut lelang Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Salak dan Darajat milik Chevron.
Di satu sisi, pemerintah menargetkan pembangunan transmisi pada megaproyek 35 ribu MW bisa mencapai 46.597 kilometer (km). Saat ini sepanjang 16.079 km, atau 35 persen, sudah memasuki pelaksanaan konstruksi dan sepanjang 26.709 km sudah memasuki masa pra konstruksi. Sedangkan transmisi yang sudah beroperasi tercatat sepanjang 3.809 km, atau 8 persen dari target.
Reporter : Diaz