Eksplorasi.id – Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Alex Noerdin mempunyai gagasan yang luar biasa soal bagaimana meningkat perekonomian melalui jalur investasi di wilayah tersebut. Dia lantas mengusulkan dibentuknya sebuah kawasan ekonomi khusus (KEK) di Tanjung Api-api.
Usulan Alex Noerdin tersebut bukan tanpa alasan. Dia ingin kelak KEK Tanjung Api-api sebagai kawasan ekonomi terpadu yang terintegrasi dengan pusat perekonomian dunia seperti Singapura. Pembentukan sebuah KEK dilandasi dasar hukum PP No 51/2014.
Selain KEK Tanjung Api-api, pemerintah sebenarnya juga telah menetapkan sejumlah kawasan di Indonesia untuk menjadi KEK, sebut saja Sei Mangkei, Tanjung Lesung, Palu, Bitung, Morotai, Mandalika, dan Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK).
Luas lahan yang disiapkan Pemprov Sumsel untuk KEK Tanjung Api-api tidak tanggung-tanggung. Luasannya mencapai 2.030 hektare. Nilai investasi pembangunan kawasan itu ditaksir mencapai Rp 12,3 triliun, dengan target menarik investasi sebesar Rp 125 triliun hingga 2025.
Tenaga kerja yang bisa terserap di dalam KEK Tanjung Api-api ditaksir sebanyak 149,5 ribu orang. Infrastruktur yang akan disiapkan pemrov di dalam KEK tersebut antara lain, jalan, listrik, instalasi pengolahan air bersih dan air limbah, serta rencana jalur kereta api Tanjung Enim-Tanjung Api-api.
Rencananya, KEK Tanjung Api-api akan dikelola oleh perusahaan joint venture antara Pemprov Sumsel melalui BUMD dan PT Hutama Karya (Persero). Adapun groundbreaking akan dilakukan pada akhir 2017.
Sejumlah industri yang sudah menawarkan diri untuk masuk di antaranya ialah kilang minyak, batubara, pembangkit listrik, petrokimia, kimia dasar, dan tekstil.
Guna mempermudah aksesibilitas, dari Tanjung Api-api ke Palembang akan dibandung tol sepanjang 70 km. Jalan bebas hambatan ini akan terintergasi dengan rencana Tol Trans Sumatera sepanjang 2.770 km.

Saat ini, HK bertugas membangun delapan ruas jalan bebas hambatan prioritas dengan panjang 650 km. Delapan ruas tersebut ialah Medan—Binjai (17 km), Palembang—Indralaya (22 km), dan Pekanbaru—Dumai (130 km).
Kemudian, ruas Bakauheuni—Terbanggi Besar (140 km), Terbanggi Besar—Pematang Panggang (100 km), Pematang Panggang—Kayu Agung (80 km), Palembang—Tanjung Api Api (70 km), dan Kisaran—Tebingtinggi.
Delapan ruas prioritas tersebut membutuhkan dana Rp 83 triliun. Sekitar Rp 52 triliun berasal dari ekuitas perusahaan, sedangkan sisanya berasal dari pinjaman.
Saat ini, delapan ruas tol prioritas tersebut masih dalam tahap pengembangan dengan progres pembangunan yang berbeda. Namun, pihak HK menjamin semuanya akan selesai pada 2019.
Di lain pihak, sudah ada dua perusahaan besar yang berminat masuk ke Tanjung Api-Api, yakni China Fortune Land Development dan Boustead Projects asal Singapura. Adanya perusahaan besar tersebut dapat menarik minat investor lainnya.
Fortune Land diketahui memiliki delapan kawasan industri di Cina dengan besaran minimal 1.000 hektare. Sementara Boustead berpengalaman sebagai pengelola logistik Bandara Changi.
Sementara, pengembangan deep sea port akan dilakukan oleh perusahaan pengelola pelabuhan Oropesa Porth Management (OPM) asal Australia.
Kawasan Kilang
Di satu sisi, pemerintah pusat berkeinginan KEK Tanjung Api-Api didorong menjadi salah satu lokasi pembangunan kilang pengolahan minyak mentah baru di Indonesia.
Adanya dorongan untuk menjadikan kawasan Tanjung Api-Api sebagai lokasi pembangunan kilang minyak didasarkan pada telah tersedianya sejumlah fasilitas yang dinilai tepat untuk mendukung keberadaan proyek.
Selain ketersediaan fasilitas pendukung, faktor lain yang juga menjadi bahan pertimbangan pemerintah mendorong pembangunan kilang minyak di Sumatera Selatan juga dikarenakan oleh keberadaan lahan kosong di kawasan tersebut.
Rencana pembangunan kilang minyak di kawasan Tanjung Api-Api juga dimaksudkan untuk mendukung keberadaan kilang minyak Plaju milik PT Pertamina (Persero) yang diketahui telah berusia uzur.
PT DEX Indonesia, perusahaan swasta nasional, adalah salah satu perusahaan swasta nasional yang sangat serius untuk ikut andil membangun kilang minyak di KEK Tanjung Api-api.
Jika tidak aral rintang, DEX Indonesia akan membangun kilang pengolahan minyak mentah (crude oil refinery process), tangki penyimpanan minyak (crude storage tank services), dan jalur pipa transportasi minyak (crude oil pipeline transportation) di lokasi tersebut.
Berdasarkan dokumen yang diperoleh Eksplorasi.id, sebanyak 100 persen kepemilikan saham DEX Indonesia dimiliki oleh perusahaan asal Tanah Air.
Kapasitas kilang yang akan dibangun perseroan adalah sebesar 20 ribu hingga 100 ribu barel per hari (bph) dengan produk berupa solar, marine fuel oil (MFO), dan naptha.
Sedangkan tangki penyimpanan yang akan dibangun akan berkapasitas lima juta barel. Bahan baku minyak mentah akan di impor dari luar negeri.
Total lahan yang sudah disiapkan DEX Indonesia untuk membangun semua fasilitas tersebut di KEK Tanjung Api-api saat ini sekitar 120 hektare.
Sementara untuk biaya investasi, proyek tersebut ditaksir akan menelan biaya sekitar USD 400 juta hingga USD 1 miliar atau setara Rp 5,24 triliun hingga Rp 13,1 triliun (kurs Rp 13.111).
Jika proyek kilang minyak tersebut bisa berjalan, tenaga kerja yang bisa diserap mencapai 500 hingga 1.000 orang. Berdasarkan bagan alur pipa minyak (crude pipeline flow chart), kapal tanker (crude tanker) pembawa minyak mentah pertama kali melewati titik tambat dan interkoneksi untuk kapal tanker loading (Single Bouying Mooring Point).
Selanjutnya, minyak tersebut akan dialirkan melalui pipa bawah laut (offshore pipe line) sepanjang kurang lebih 19 km dengan diameter pipa 2 x 20 inchi menuju booster pump pertama.
Kemudian dari booster pump, minyak dialirkan kembali melalui pipa jalur darat (onshore pipe line) sepanjang kurang lebih 20 km dengan diameter pipa 2 x 20 inchi menuju tangki penyimpanan dan pengolahan (refinery and storage tank).
Setelah diolah, minyak lalu dialirkan ke pipa sepanjang 75 km dengan diameter 2 x 20 inchi melalui pipa jalur darat menuju ke booster pump ke dua untuk kemudian langsung dialirkan ke kilang Plaju milik Pertamina melalui pipa (river crossing pipeline) sepanjang 1 km dengan diameter pipa 2 x 20 inchi.
Pekerjaan pembangunan pipa minyak dari lepas pantai Tanjung Carat hingga ke kilang pengolahan Plaju milik Pertamina, dalam waktu dekat ini akan memasuki proses lelang yang akan dilakukan Pertamina Divisi Pengolahan.
Chairman & Chief Executive Officer DEX Indonesia ETS Putera pernah berkomentar, semua produk hasil kilang rencananya akan di jual ke Pertamina dan industri lokal.
DEX Indonesia sudah menyampaikan minatnya secara lisan ataupun tertulis untuk mengikuti lelang yang akan digelar Pertamina tersebut untuk membangun jalur pipa tersebut.
Kini, DEX Indonesia sedang menunggu sejumlah kelengkapan perizinan dari pemerintah pusat terkait persetujuan. Saat ini, status proyek tersebut baru mendapatkan izin usaha dari Kementerian ESDM melalui BKPM. Kendala lain, belum dibentuknya BUMD oleh Pemda Sumsel sebagai badan pengelola KEK.

Jika semua masalah di atas bisa dengan segera diselesaikan, DEX Indonesia sebagai investor bisa segera merealisasikan pembangunan kilang tersebut di Tanjung Api-api. Saat ini keseriusan pemerintah untuk memberikan ‘karpet merah’ kepada anak negeri tengah diuji.
Pertanyaannya kemudian, apakah pemerintah hanya memberikan ‘karpet merah’ kepada investor asing saja dalam pembangunan kilang minyak dan mengabaikan investor lokal, atau pemerintah akan berbuat adil?
Bahkan jika perlu, semestinya pemerintah, baik pusat maupun daerah, memberikan sedikit ‘keistimewaan’ bagi pengusaha lokal nasional. Kita lihat saja nanti ke depannya!
Oleh Heriyono Nayottama*
*Pemimpin Redaksi Eksplorasi.id