Eksplorasi.id – Posisi Amien Sunaryadi sebagai Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) digoyang.
Dua nama mencuat dalam berbagai pemberitaan disebut-sebut bakal menggantikannya, yakni Darmawan Prasodjo dan Johannes Widjonarko.
Darmawan yang merupakan mantan anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas (RTKM) itu, kini menduduki jabatan sebagai Deputi I Kantor Staf Presiden (KSP).
Sementara itu, sejak diturunkan dari jabatannya sebagai Wakil Kepala SKK Migas pada Januari 2015, Johannes masih berstatus karyawan aktif Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menjadi staf di Puslitbang Migas.
Belakangan nama Johannes kembali menghiasi media, lantaran kerap mendampingi Menteri ESDM yang baru Arcandra Tahar dalam berbagai acara, bersama teman-teman dekat Arcandra yang lain, yakni Jafee Suardin dan Prahoro Nurtjahyo.
“Info yang saya dengar antara Pak Widjo (Widjonarko) atau Mas Darmawan yang akan menjadi Wamen (ESDM). Kemungkinan antara SKK Migas 1 atau Wamen ESDM,” kata Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute.
Komaidi mensinyalir kalau penggantian jabatan Kepala SKK Migas ini benar-benar terjadi, maka hal tersebut bukan dikarenakan pertimbangan sektoral.
“Ini sudah masalah politik. Saya kira pertimbangannya tidak sektoral lagi,” ucap Komaidi.
Menurutnya, penggantian pucuk pimpinan SKK Migas, Amien yang baru menjabat sekitar 1,5 tahun itu, akan menimbulkan ketidakpastian bagi pelaku industri migas.
“Kalau industri tentu lebih suka yang lebih pasti. Semakin sering diganti, tentu semakin tidak pasti,” kata Komaidi.
Sementara itu Direktur Eksektutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa memandang tidak ada alasan Amien dicopot dari jabatannya sebagai Kepala SKK Migas.
Penggantian jabatan dinilai justru akan mengganggu proses reformasi internal yang sedang berjalan.
“Sejauh ini Pak Amien cukup berhasil dalam mereformasi internal SKK Migas sehingga dapat dipercaya oleh pelaku usaha dan investor. Berhasil mempertahankan tingkat produksi migas dan investasi migas, walaupun situasi global dan nasional dalam keadaan sulit,” ucap Fabby kepada Kompas.com, Rabu.
Berbeda pendapat, pengamat energi dari Universitas Trisakti Priagung Rakhmanto mengatakan, bisa saja penggantian Kepala SKK Migas dilakukan, namun sejauh jelas objektif dan siapa orang yang menggantikan.
Meski Amien telah banyak melakukan perubahan menonjol dalam tata kelola dan budaya integritas di tubuh SKK Migas, namun dari sisi teknis terobosan untuk peningkatan cadangan dan produksi migas dirasa masih kurang.
“Sekarang dari sisi teknikal dalam arti tugas utamanya SKK Migas yaitu mengendalikan kegiatan usaha hulu, konkretnya menaikkan cadangan, menaikkan produksi, itu kurang terasa,” kata Priagung kepada Kompas.com, Rabu.
Akan tetapi, jika benar ada penggantian Kepala SKK Migas, Direktur Centre for Indonesian Resources Strategic Studies (CIRUSS) Budi Santoso berharap pengganti Amien bukanlah Johannes.
“Kalau (dia) kembali ke SKK Migas dan banyak kenal, bisa saja ada permainan. Kalau punya kewenangan membuat keputusan, bisa-bisa tidak ada keberpihakan ke kepentingan nasional,” kata Budi kepada Kompas.com, Rabu.
Sementara itu Amien mengonfirmasi, sejauh ini belum ada informasi mengenai penggantian jabatan Kepala SKK Migas. Amien yang pernah merekomendasikan Johannes dicopot dari jabatannya kala itu sebagai Wakil Kepala SKK Migas, mengatakan, penggantian jabatan Kepala SKK Migas merupakan kewenangan Menteri ESDM dan Presiden.
“Saya belum mendengar kabar tersebut. Sesuai Peraturan Presiden SKK Migas, proses penggantian Kepala SKK Migas ada di tangan Menteri ESDM dan Presiden,” kata Amien kepada Kompas.com, Rabu.
EKsplorasi | Adt