Eksplorasi.id – Sosok Syamsu Alam bukan orang baru di PT Pertamina (Persero). Saat ini pun dia punya jabatan strategis di BUMN migas tersebut, yakni sebagai direktur Hulu.
Sebelum masuk jajaran direksi di Pertamina, pria kelahiran 2 April 1963 di Purworejo ini mengawali kariernya sejak 1989 di Pertamina.
Sejumlah jabatan strategis pernah dia pegang. Misalnya, direktur Eksplorasi dan Pengembangan di PT Pertamina EP (2008-2011), direktur utama Pertamina EP (2011-2013) dan Senior Vice President Exploration Pertamina (2013-Desember 2014).
Syamsu Alam merupakan lulusan sarjana geologi dari Institut Teknologi Bandung (1988), Master of Science, Geofisika dari Institut Teknologi Bandung (1994) dan meraih gelar PhD dari University of Texas A & M di Texas, USA (2001).
Nama Syamsu Alam menjadi salah satu calon yang digadang-gadang menjadi calon direktur utama (dirut) Pertamina definitif.
“Saat ini eranya hulu, di tengah terus naiknya harga minyak global. Sehingga keahlian hulu diharapkan menjadi penolong kinerja Pertamina dengan menaikkan volume produksi,” kata sumber kepada Eksplorasi.id di Jakarta, Senin (24/4).
Bahkan, imbuh sumber, konon Syamsu Alam mendapat dukungan sejumlah elite di negeri ini untuk menduduki jabatan kursi Pertamina satu.
Nama-nama seperti Luhut Binsar Pandjaitan, Abdullah Mahmud Hendropriyono, dan Pramono Anung kabarnya mendukung Syamsu Alam.
Kemudian, Nicke Widyawati. Saat ini, perempuan kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat, 25 Desember 1967 tersebut didapuk sebagai pelaksana tugas (plt) dirut Pertamina, setelah Elia Massa Manik dicopot pada Jumat (20/4).
Sepak terjang Nicke di Pertamina dimulai sejak November 2017. Kala itu dia ditarik menjadi direktur Sumber Daya Manusia (SDM) sekaligus merangkap plt direktur Logistik, Supply Chain dan Infrastruktur Pertamina.
Nama Nicke mulai mencuat sejak 2013. Ketika itu, dia memenangkan Anugerah Perempuan Indonesia 2013 dari Kementerian BUMN, dan penghargaan Women’s Work of Female Grace 2013 Indonesia dari Indonesia Asia Institute.
Awalnya, perempuan jebolan teknik industri di Institut Teknologi Bandung (ITB) ini, mengawali kariernya di dunia perbankan.
Pada 1988, Nicke kemudian mendapat tawaran kerja di Bank Duta cabang Bandung. Setelah menyelesaikan kuliah pada 1991, dia meninggalkan dunia perbankan dan beralih ke dunia konstruksi.
Lalu, Nicke masuk ke PT Rekayasa Industri (Rekin) pada 1991. Setelah itu, dia dipercaya menjadi dirut PT Mega Eltra, BUMN yang bergerak di bidang kelistrikan dan peralatan teknik.
Karier Nicke berikutnya dimulai di PT PLN (Persero). Jebolan master hukum bisnis dari Universitas Padjajaran ini duduk sebagai direktur Pengadaan Strategis 1 PLN. Nicke merupakan perempuan pertama yang dipercaya menjadi direktur di PLN.
“Saat ini eranya banyak pucuk pimpinan BUMN yang perempuan, seiring menteri BUMN yang juga perempuan, apalagi dalam suasana hari Kartini,” terang sumber.
Sejumlah perempuan mendapat posisi prestise di BUMN, misalnya di PT Jasa Marga Tbk (Persero), PT ASDP Indonesia Ferry (Persero), dirut Perum Peruri, dan terbaru adalah dirut PT Kereta Api Commuter Indonesia (KCI).
“Semuanya perempuan. Nicke juga didukung beberapa elite politik. Ini terbukti dia bisa menjadi plt dirut di Pertamina. Kabarnya dia juga dekat dengan Hasto Kristiyanto ketika masih sama-sama di PT Rekayasa Industri (Persero),” jelas sumber.
Nama berikutnya adalah Sofyan Basir yang kini duduk sebagai dirut PLN. Dia memiliki rekam jejak pengalaman yang panjang.
“Semula dia calon terkuat. Namun, akibat adanya sejumlah kasus, seperti penyewaan kapal asal Turki, namanya untuk ke Pertamina satu mulai meredup,” jelas sumber.
Sofyan Basir duduk sebagai dirut PLN sejak 2014. Dia sebelumnya menjabat sebagai dirut BRI sejak 17 Mei 2005 dan terpilih kembali untuk periode jabatan kedua pada 20 Mei 2010.
Sebelum bergabung dengan BRI, dia menjabat sebagai dirut Bank Bukopin. Kariernya di perbankan dimulai pada 1981 di Bank Duta. Lalu, pada 1986 bergabung dengan Bank Bukopin dan telah menduduki beberapa jabatan manajerial di Bank Bukopin termasuk direktur Komersial, Group Head Line of Business, dan pemimpin cabang di beberapa kota besar Indonesia.
Nama terakhir yang masuk kandidat adalah Ahmad Bambang. Mantan wakil dirut Pertamina yang kini duduk sebagai deputi Bidang Usaha Konstruksi dan Sarana dan Prasarana Perhubungan (KSPP) Kementerian BUMN.
“Ahmad Bambang baru duduk sebagai deputi di Kementerian BUMN baru lima bulan, sejak dia dilantik pada awal November 2017,” ucap sumber.
Namun, lanjut sumber, dengan gaya manajemennya yang berbeda, banyak direksi BUMN di lingkungan KSPP merasa sangat terbantu untuk maju, sehingga banyak yang berharap agar dia tidak dipindah dulu dan tetap duduk sebagai deputi.
Di sisi lain, dicopotnya Elia Massa Manik sebagai dirut Pertamina merupakan hal yang biasa dan wajar saja. Bahkan, jauh sebelum itu ada dirut Pertamina yang hanya menjabat selama 11 bulan.
“Ada nama Ariffi Nawawi yang cukup siangkat menjadi dirut Pertamina. Dia diangkat menjabat dirut Pertamina,l dalam RUPS 17 September 2003. Kemudian dalam RUPS tahun berikutnya pada 11 Agustus 2004 dia digantikan Widya Purnama,” kata dua.
Penjelasan sumber, jangan sampai ada pihak yang kemudian menyalahkan Menteri BUMN Rini Mariani Soemarno ketika ada direksi BUMN yang dicopot.
“Ketika ada pergantian direksi BUMN itu hal lumrah. Tidak perlu terlalu berspekulasi yang macam-macam,” ujar sumber.
Reporter : HYN