Eksplorasi.id – Menteri ESDM Ignasius Jonan didampingi Dirjen Migas IGN Wiratmaja Puja dan Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi, Minggu pagi (11/6), meninjau Floating Processing Unit (FPU) Jangkrik, di Blok Muara Bakau, Selat Makassar, Kalimantan Timur, yang dioperatori Eni.
Tujuan peninjauan lokasi tersebut guna memastikan produksi migas di lapangan baru tersebut berjalan sesuai target. “FPU Jangkrik ini sebenarnya adalah kapal yang dipakai untuk melakukan eksploitasi gas dan kondensatnya di lepas pantai, yang berada di laut dalam sekitar 450 meter,” kata dia, seperti dilansir dari situs Kementerian ESDM.
Penjelasan Jonan, target FPU yang onstream pada 26 Mei lalu ternyata telah tercapai. Saat ini produksi gas dari FPU Jangkrik telah mencapai 120-130 MMscfd.
Menurut dia, pengoperasian FPU Jangkrik tersebut menjadi bukti saat ini Indonesia tetap mampu mengembangkan lapangan migas baru. “FPU Jangkrik yang onstrem pada 26 Mei 2017 ini bukti kita mampu kembangkan lapangan migas baru, dan kita akan selalu melakukannya,” ujar dia.
Jonan menambahkan, sesuai dengan rencana kapasitas produksi, kapal FPU Jangkrik dirancang untuk pengolahan gas dengan kapasitas hingga 450 MMscfd secara bertahap, atau setara dengan 83 ribu barel setara minyak per hari (barrel oil equivalen per day/boepd).
“Kalau disesuaikan lagi, ditingkatkan sedikit, kapasitas produksinya bisa sampai 600 MMscfd dengan tambahan gas yang berasal dari lapangan Merakes di Blok East Sepinggan,” jelas dia.
Hal ini, lanjut dia, memberikan efek yang sangat signifikan terhadap industri hulu migas Indonesia. Produksi dari Lapangan Jangkrik ini untuk pengganti produksi Blok Mahakam yang mulai turun.
“Kalau bisa minimal 450 MMscfd itu lumayan sekali, produksi (gas) nasional sekarang 7.100 MMscfd, mestinya menambah tujuh persen bila kondensatnya sedikit,” katanya.
Di satu sisi, ujar Jonan, hal yang tak kalah penting dari hasil kunjungan kerja kali ini adalah disampaikannya rencana Eni untuk menggandeng Chevron terkait rencana kerjasama penggunaan fasilitas produksi pada proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) di Gendalo-Gehem, Selat Makassar, yang cukup dekat dengan lokasi FPU Jangkrik ini.
“Jadi Chevron tidak usah berinvestasi lagi yang besar, fasilitas yang sama bisa dipakai, supaya tidak ada duplikasi (lebih efisien) dan waktunya bisa lebih cepat,” katanya.
Melalui tambahan dari IDD ini nantinya, pada 2022 akan diproduksi 900 MMscfd gas dari FPU Jangkrik, atau sekitar 13 persen dari produksi gas nasional.
Sebagaimana diketahui, proyek pengembangan kompleks Jangkrik di lepas pantai laut dalam Indonesia (yang meliputi Lapangan Jangkrik dan Lapangan Jangkrik North East) telah memulai produksinya (first gas) pada Mei 2017 lalu, lebih cepat dari pada target yang tercantum di dalam Renstra KESDM 2015-2019 yaitu 2018.
Produksi dari kedua lapangan disalurkan melalui 10 sumur bawah laut yang terhubung dengan FPU Jangkrik. Setelah diproses di atas FPU, gas akan dialirkan melalui pipa khusus sepanjang 79 km ke Fasilitas Penerima di Darat atau Onshore Receiving Facility yang keduanya baru dibangun oleh Eni, melalui Sistem Transportasi Kalimantan Timur, hingga tiba di kilang LNG Badak di Bontang. Produksi gas dari Jangkrik akan memasok LNG ke pasar domestik dan juga pasar ekspor.
Reporter : Sam