Eksplorasi.id – Plt Menteri ESDM Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan bahwa akan ada pihak yang mengalami ‘sakit gigi’ bila harga gas industri dijual dengan harga murah.
Menurut Luhut, harga gas industri bisa diturunkan dari harg saat ini yang berkisar USD 13 per MMBtu. Caranya, dengan memangkas biaya produksi yang bisa ditanggungkan ke negara atau cost recovery.
“Saya minta dipotong (cost recovery). Tapi saya mau struktur biayanya didetailkan terlebih dahulu, supaya tidak ada yang salah. Pasti ada yang sakit gigi dengan harga gas murah,” kata dia di Jakarta, Rabu (12/10).
Luhut menjelaskan, dirinya telah memerintahkan kepada SKK Migas untuk melakukan kajian penurunan cost recovery. Dirjen Migas Kementerian ESDM IGN Wiratmadja Puja menambahkan, ada sejumlah aspek dalam struktur biaya gas yang bisa diubah untuk menurunkan harga.
Misalnya, melakukan efisiensi sektor hulu. Pola ini akan membuat kontraktor migas lebih efisien menghitung cost recovery. Penjelasan Wiratmadja, rata-rata harga gas di hulu baik untuk gas pipa maupun LNG di Indonesia saat ini di level USD 5,9 AS per MMBTU.
Kemudian, struktur biayanya, seperti cost recovery (capex dan opex) kini di kisaran USD 2,6, bagian kontraktor USD 1,2, PPh USD 1,16, dan PNBP USD 0,92.
“Harga gas di hulu ini yang lagi didiskusikan dengan SKK Migas, bagaimana menurunkannya. Namun, dari sekian banyak kontrak tidak bisa langsung semua,” jelas dia.
Sekedar informasi, selama ini harga gas pipa sampai ke industri rata-rata sebesar USD 8,3 per MMBtu. Harga itu terbentuk dari harga gas di hulu USD 5,9, biaya transmisi USD 0,9, dan biaya distribusi USD 1,5. Jadi, komponen biaya hulu sudah sekitar 71 persen dari harga gas ketika sampai ke industri.
Reporter : Diaz