Eksplorasi.id – Keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menetapkan proyek LNG (Liquefied Natural Gas) Masela dibangun di darat (onshore) dinilai sesuai dengan kondisi harga minyak dunia. Selama ini proyek LNG selalu dikaitkan dengan fluktuasi harga minyak dunia.
Sebab, penurunan harga minyak dunia biasanya diikuti turunnya harga LNG. Menurut Penasihat Menteri Koordinator (Menko) Maritim dan Sumber Daya, Ronnie Higuchi Rusli, proyek LNG yang dibangun di laut (offshore), yang biayanya lebih mahal dibandingkan onshore, hanya bisa berjalan apabila harga minyak dunia di atas US$ 50 per barel.
“Jadi onshore LNG tetap jalan karena harganya akan lebih kompetitif dibandingkan floating LNG. Floating LNG itu harus harga minyak di atas US$ 50 per barel, sedangkan onshore LNG di bawah itu, harga minyak US$ 40 per barel masuk, harga US$ 30 per barel pun masuk,” tutur Ronnie.
Sebelumnya, Tenaga Ahli Bidang Kebijakan Energi Kemenko Maritim dan Sumber Daya, Abdulrachim mengatakan pembangunan kilang LNG di darat lebih murah US$ 6 miliar dibandingkan di laut. Memang lebih bagus di darat. Di laut lebih mahal US$ 6 miliar. Hitungan kita di Kemenko Maritim, kalau di darat itu US$ 16 miliar, di laut itu US$ 22 miliar, ujar Abdulrachim.
Eksplorasi | Detik | Aditya