Eksplorasi.id – PT PLN (Persero) diketahui hingga per 30 Juni 2017 memiliki jumlah total aset yang mencapai Rp 1.302,1 triliun. Rinciannya, aset tidak lancar Rp 1.194,7 triliun dan aset lancar aset lancar Rp 107,4 triliun.
Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman mengatakan, jumbonya total aset PLN tersebut ternyata tidak dibarengi dengan perolehan laba yang mumpuni.
“Bayangkan, aset hingga Rp 1.302,1 triliun tapi hanya bisa meraup laba usaha, itu pun setelah subsidi, yang hanya Rp 17,6 triliun. Itu berarti hanya 1,35 persen. Kalau di perusahaan swasta, sudah ditutup dan dipecat semua direksi serta karyawannya,” kata dia kepada Eksplorasi.id di Jakarta, Kamis (28/9).
Yusri menerangkan, sebelum disuntik dana subsidi listrik oleh pemerintah sebesar Rp 23,97 triliun, bahkan pada periode 30 Juni 2017 mengalami rugi usaha hingga Rp 6,4 triliun.
Menurut dia, jumlah beban usaha PLN yang sebesar Rp 128,9 triliun tidak sebanding dengan jumlah pendapatan usaha yang hanya Rp 122,5 triliun. “Ini sama saja besar pasak daripada tiang,” ujar dia.
Dia berkomentar, di bawah kepemimpinan Sofyan Basir sebagai direktur utama PLN, perseroan termasuk BUMN yang memiliki jumlah direksi paling banyak.
“Total dengan Sofyan ada 13 orang direksi di PLN. Ini jelas-jelas sangat tidak efisien. Jadi tidak heran untuk beban kepegawaian selama enam bulan saja tembus hingga Rp 9,3 triliun, atau rata-rata sebulan Rp 1,6 triliun untuk membayar pegawai. Sebuah pemborosan,” ujar dia.
Yusri memberi contoh ketidakefisienan lainnya. “Sejak dipimpin Sofyan Basir, mobil dinas direksi yang semula Toyota Camry katanya ganti semua menjadi Mercedes-Benz. Itu contoh kecil dari ketidakefisienan PLN,” jelas dia.
Taruh Dana di Bank Asing
Di sisi lain, Yusri mengungkapkan bahwa PLN saat ini lebih senang menaruh uang di bank asing dibandingkan di bank BUMN. Dia kemudian melansir data pada 31 Maret 2017, di mana saat itu PLN ternyata diketahui menempatkan dana cadangan pada Sumitomo Mitsui Banking Corporation, Singapura sebesar 73,3 miliar yen (ekuivalen Rp 8,7 triliun) dan USD 44,4 juta (ekuivalen Rp 592 miliar).
Secara keseluruhan, total dana cadangan yang ditempat perseroan pada periode tersebut mencapai ekuivalen Rp 9,3 triliun. Sebelumnya pada 31 Desember tahun lalu, perseroan juga telah menempattkan dana serupa sebesar 58,9 miliar yen dan USD 44,9 juta untuk memenuhi persyaratan Financial Lease Agreement (FLA).
Reporter : HYN