• EKSPLORASI.ID
  • MONETER.ID
  • BANTEN.CO
Selasa, Oktober 7, 2025
  • Login
EKSPLORASI.ID
  • HOME
  • BERITA
  • INDEPTH
  • RAGAM
  • ENGLISH NEWS
  • OPINI
  • VIDEO
  • FOTO
  • INFOGRAFIS
  • INDEKS
No Result
View All Result
  • HOME
  • BERITA
  • INDEPTH
  • RAGAM
  • ENGLISH NEWS
  • OPINI
  • VIDEO
  • FOTO
  • INFOGRAFIS
  • INDEKS
No Result
View All Result
EKSPLORASI.ID
No Result
View All Result
Home MIGAS

Pemahaman Wamen Archandra Keliru soal ‘Cost Recovery’ di Blok East Natuna dan Masela

by Eksplorasi.id
18 Oktober 2016
in MIGAS
1
Waspadai Langkah Inpex Mengulur Waktu Pengembangan Blok Masela

Haposan Napitupulu | Foto : Istimewa

0
SHARES
96
VIEWS
Share on WhatsappShare on Facebook

Eksplorasi.id – Pernyataan Wakil Menteri ESDM Archandra Tahar yang menyebut akan memangkas komponen cost recovery untuk proyek Blok East Natuna dan Masela menimbulkan tanda tanya.

Haposan Napitupulu | Foto : Istimewa)
Haposan Napitupulu | Foto : Istimewa)

Haposan Napitupulu, praktisi migas yang juga mantan Deputi Perencanaan BP Migas, berkomentar, bagaimana mungkin cost recovery untuk kedua blok tersebut dipangkas sementara ada berbagai persoalan yang belum selesai.

Misalnya terkait tanda tangan kontrak bagi hasil (production sharing contract/ PSC) di Blok East Natuna yang belum ditandatangani. “PSC saja belum ditandatangan bagaimana mau bicara soal cost recovery,” kata dia kepada Eksplorasi.id melalui hubungan telepon, Selasa (18/10).

Kemudian, lanjut dia, terkait Blok Masela hingga kini pun belum ada rencana pengembangan (Plan of Development/ PoD) yang disetujui pemerintah. “PoD yang menginfokan perhitungan biaya saja belum ada apalagi berproduksi. Cost recovery itu terjadi kalau bloknya sudah berproduksi,” jelas dia.

Haposan mengungkapkan, selama ini ada kekeliruan menyangkut apa itu definisi cost recovery. Sebenarnya, jelas dia, cost recovery itu adalah investasi. “Jadi, semakin cost recovery dipotong maka itu sama juga membatasi eksplorasi. Ini berdampak pada penemuan cadangan baru juga akan semakin sedikit,” ungkap dia.

Dia menambahkan, perlu ada kesepakatan bersama dalam mendefinisikan apa yang dimaksud dengan cost revovery. Berdasarkan pengetahuan dirinya, negara tidak pernah langsung mengeluarkan anggaran yang terkait dengan cost recovery. Haposan lalu memberikan sebuah ilustrasi terkait cost recovery.

Misalnya ada kontraktor migas mengeluarkan dana USD 100 juta untuk melakukan eksplorasi. Setelah berproduksi, terang dia, lalu si kontraktor migas itu bisa menjual produksi migasnya senilai USD 500 juta. “Nah dari hasil USD 500 juta itu baru dikurangi USD 100 yang untuk cost recovery,” katanya.

Sisa USD 400 juta itu yang kemudian dibagi dengan pemerintah atau istilahnya equity to be split (hasil produksi yang tersedia untuk dibagi alias lifting). Haposan menegaskan, banyak pihak keliru dalam memahami arti dari pengembalian biaya operasi atau yang dikenal cost recovery oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).

Perlu diketahui, bisnis migas tidak semata murni bisnis korporasi swasta, sehingga biaya operasi tidak perlu diganti. Pemahaman ini sangat keliru karena sesungguhnya bisnis hulu migas adalah proyek negara, sedangkan perusahaan-perusahaan itu hanyalah kontraktor negara yang bekerja mencari dan memproduksi migas untuk dan atas nama negara.

“Dalam bisnis hulu migas, cost recovery hanya dilakukan bila cadangan migas yang ditemukan ekonomis. Bila tidak menemukan cadangan yang ekonomis, tidak akan bisa di-recovery (dikembalikan). Mekanisme ini sesungguhnya membantu membebaskan pemerintah dari risiko besar pada tahapan eksplorasi,” jelasnya.

Terkait pertanyaan kenapa cost recovery meningkat sementara produksi migas menurun? Haposan memberikan jawaban bahwa ini terkait karakteristik bisnis hulu migas. “Perlu diketahui, pada bisnis hulu migas, pengembalian biaya pada tahun ini tidak akan diikuti dengan kenaikan produksi pada tahun yang sama,” ujarnya.

Alasannya, karena biaya yang digantikan adalah termasuk biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahun-tahun sebelum terjadinya kegiatan produksi dan penjualan migas.

Meskipun lapangan sudah memasuki fase produksi, lanjut Haposan, pengeluaran investasi untuk meningkatkan produksi pada lapangan itu tidak serta merta berujung pada naiknya produksi pada tahun berjalan, karena butuh waktu untuk melakukan pengeboran, membangun fasilitas, dan lain-lain.

“Di samping itu, fasilitas produksi yang sudah ada tetap memerlukan biaya perawatan untuk mempertahankan kinerjanya, sementara di sisi lain sudah menjadi sifat alami bahwa produksi pada lapangan-lapangan migas yang tua akan terus menurun. Jadi ada lag time atau perbedaan waktu antara pengeluaran untuk membiayai operasional dan terjadinya produksi migas,” kata dia.

Reporter : Ponco S

 

 

Tags: Archandra Tahar. Haposan Napitupulublok migasCost RevoceryEast Natunaheadlinemasela
Eksplorasi.id

Eksplorasi.id

Next Post
Perizinan Smelter Bakal Diserahkan ke BKPM

Rencana Luhut soal Relaksasi Ekspor Konsentrat Dikecam BKPM

Comments 1

  1. Ping-balik: Ini Dia Top 10 Berita Terpopular ‘Eksplorasi.id’ Sepanjang 2016 – Eksplorasi.id

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Recommended

Medco Perpanjang Kontrak di Blok Lematang

Dart Energy Akan Akuisisi 50 Persen Hak Kelola Blok Muralim dari Medco

7 tahun ago
Wacana Wadirut Pertamina Kembali Mencuat, Ini Nama yang Muncul

Lengser dari Kursi Deputi BUMN, Bagaimana Nasib Ahmad Bambang?

6 tahun ago

Sering Dibaca

  • Menyigi Kedekatan Massa Manik dan Grup Danatama

    Menyigi Kedekatan Massa Manik dan Grup Danatama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berikut Profil Singkat Perusahaan yang Kena Sanksi Daftar Hitam oleh Pertamina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Potensi Uranium Indonesia 77 Ribu Ton, Bisa Penuhi Kebutuhan Listrik 40 Tahun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berikut Ini Empat Masalah Besar yang Dihadapi Pertamina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menyaksikan Perayaan Diwali di Malaysia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

RSS Moneter.id

  • UmrahCash dan VIDA Hadirkan Solusi Aman & Praktis 6 Oktober 2025
  • Ini Inovasi Perfect Corp Ubah Cara Konsumen Temukan Sepatu Idaman secara Online 6 Oktober 2025
  • Pasar Apartemen Jakarta Tetap Stabil di Tengah Perlambatan Musiman 6 Oktober 2025
  • Logitech Perkenalkan Keyboard Mekanis Logitech Alto Keys K98M 6 Oktober 2025
  • GIIAS Hadirkan Informasi dan Inovasi Otomotif Terbaru Bagi Pelajar dan Mahasiswa Lewat Education Day 3 Oktober 2025
  • Resmi Dibuka, Deretan Merek dan Kendaraan Terbaru Ramaikan Pameran GIIAS Bandung 2025 3 Oktober 2025
  • Citi Indonesia Dinobatkan sebagai ‘Best Performance Bank’ di Bisnis Indonesia Financial Awards 2025 2 Oktober 2025
  • Lenovo Resmi Luncurkan Legion Tab (8,8″, 3) di Indonesia 2 Oktober 2025
  • Primaya Hospital Karawang Luncurkan Pusat Layanan Kesehatan Preventif dan Holistik, Wellness Center 2 Oktober 2025
  • Kolaborasi Eksklusif Sharp x Sanrio Dekatkan Teknologi dengan Gaya Hidup 2 Oktober 2025
EKSPLORASI.ID

© 2020 Eksplorasi.id - REFERENSI BERITA ENERGI

Navigate Site

  • REDAKSI
  • KETENTUAN LAYANAN
  • PEDOMAN SIBER
  • HUBUNGI KAMI

Follow Us

No Result
View All Result
  • HOME
  • BERITA
  • INDEPTH
  • RAGAM
  • ENGLISH NEWS
  • OPINI
  • VIDEO
  • FOTO
  • INFOGRAFIS
  • INDEKS

© 2020 Eksplorasi.id - REFERENSI BERITA ENERGI

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In