Eksplorasi.id – Pemerintah mengupayakan untuk pemanfatan hasil olahan dari perkebunan kelapa sawit. Salah satunya adalah pengembangan Biodisel. Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan saat ini Indonesia telah berhasil meluncurkan inisiatif Biodiesel B-20 pada 2015.
Inisiatif ini merupakan dorongan utama untuk energi campuran kita, karena sebelumnya Indonesia sangat tergantung pada bahan bakar fosil. Apalagi sebagai negara pengimpor, Indonesia membutuhkan sumber energi yang lebih berkelanjutan.
Peningkatan kebutuhan untuk crude palm oil (CPO) dari produk sawit mampu mendongkrak harga CPO naik tipis menjadi US$ 565 per ton dari US$ 535 per ton, ketika Indonesia mulai mengumpulkan retribusi untuk program biodiesel. Dengan perbaikan penambahan CPO, bukan hanya harga yang kemudian meningkat, namun hal ini bisa melindungi petani kecil dari potensi krisis karena penurunan harga tandan buah segar.
“CPO merupakan salah satu sektor yang kompetitif dan itu adalah alat yang efektif untuk pengentasan kemiskinan,” ujar Darmin, Kamis (17/3). Darmin menjelaskan, satu hektar perkebunan CPO dapat menghasilkan rata-rata 3,8 ton minyak. Dengan harga yang baik saat ini, nilai jual sawit mampu menghasilkan sekitar US$ 2.150 per hektar. Pendapatan ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan perkebunan karet yang tingkat produktivitasnya satu ton per hektar hanya menghasilkan US$ 1.500 per ton.
Eksplorasi | Republika | Aditya