Eksplorasi.id – Organisasi lingkungan hidup Greenpeace menyatakan persetujuan pendanaan 2,052 juta dolar AS untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap batu bara Batang, Jawa Tengah, oleh Japan Bank for International Cooperation (JBIC) menjadi ancaman nyata bagi kesehatan masyarakat.
Koordinator Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Asia Tenggara Arif Fiyanto di Jakarta, Sabtu, mengatakan persetujuan pendanaan tersebut menjadi pukulan besar bagi petani lokal dan nelayan Batang yang telah berjuang dengan gagah berani selama hampir lima tahun untuk melindungi ladang dan wilayah perikanan tangkap mereka dari rencana ini.
Menurut dia, PLTU Batang tidak hanya merampas akses ke ladang mereka, tetapi juga telah menjadi ancaman yang sangat nyata untuk kesehatan masyarakat sekitar.
Klaim JBIC bahwa PLTU Batang menggunakan teknologi yang ramah lingkungan dipertanyakan mengingat pembangkit tetap melepas Sulfur dioksida (SO2) dan Nitrogen oksida (NOx) ke udara, serta berkontribusi besar terhadap perubahan iklim, tidak bisa ramah lingkungan, ujar dia.
Sebuah laporan Greenpeace “Kita, Batubara, dan Polusi Udara” yang dikeluarkan pada 2014, menemukan bahwa emisi udara beracun dari PLTU Batang akan membunuh 800 orang per tahun, atau sekitar 30.000 orang selama masa operasional yang diharapkan.
Lebih lanjut Fiyanto mengatakan bahwa pernyataan Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim pada Mei 2016 sangat jelas, bahwa bahaya perkembangan batubara di Asia nyata, dan batubara sama dengan bencana bagi planet ini. “Karenanya persetujuan JBIC untuk kredit ke PT Bhimasena Power Indonesia membawa kita satu langkah lebih lebih dekat menuju bencana itu”.
“Sangat mengecewakan bahwa JBIC percaya mendanai proyek ini sama dengan membantu pembangunan Indonesia. Padahal dana tersebut akan jauh lebih bermanfaat jika digunakan untuk membangun potensi energi terbarukan yang sangat besar di Indonesia, yang akan memberikan listrik bersih lagi aman bagi masyarakat saat ini, serta bagi generasi mendatang,” ujar dia.
Salah satu pemimpin nelayan Batang Abdul Hakim mengatakan terkejut dengan pengumuman persetujuan pendanaan tersebut. PLTU Batang juga akan menghancurkan perikanan yang produktif di perairan sekitar Batang.
“Kami akan terus menentang proyek ini, sampai suara kami didengar oleh pemerintah kita,” katanya.
Masyarakat di wilayah Batang rencananya akan mengadakan protes di dalam dan di permukaan laut, sebagai wujud penolakan terhadap operasi pengeboran yang dilakukan oleh perusahaan terkait proyek Batang. Lebih dari 100 kapal nelayan akan bergabung bersama petani lokal pada aksi tersebut.
Eksplorasi | Aditya | antara