Eksplorasi.id – Keputusan manajemen PT Pertamina (Persero) yang akan menaikkan harga solar guna menutup kerugian perseroan dinilai sebagai kebijakan blunder dan tidak tepat sama sekali.

Pemerhati energi Fahmy Radhi mengatakan, kenaikan harga solar akan sangat memengaruhi secara signifikan terhadap kenaikan harga-harga kebutuhan pokok, sehingga memberatkan bagi rakyat.
“Pencabutan subsidi dengan menaikkan harga solar bertentangan dengan keputusan Mahkamah Konstitusi yang mengamanatkan bagi pemerintah untuk memberikan subsidi BBM. Padahal subsidi BBM hanya diberikan pada solar dan minyak tanah,” kata dia kepada Eksplorasi.id melalui pesan singkat WhatsApp Messenger, Selasa (13/12).
Fahmy menegaskan, pemerintah harus menolak permintaan Pertamina untuk menaikkan harga solar. Dia mengusulkan, jika Pertamina berkukuh ingin menaikkan, sebaiknya bukan menaikkan harga solar, tapi harga BBM jenis premium, pertalite, atau pertamax.
Seperti diketahui, Pertamina berencana menaikkan harga BBM jenis solar pada awal 2017. Namun, ternyata tidak hanya solar yang naik, perusahaan migas pelat merah tersebut juga akan menaikkan harga BBM jenis premium.
“Yang akan berat nanti solar. Kalau premium, itu naik wajar lah. Per 1 Januari 2017 itu untuk solar (naik). Kalau (kenaikan) premium belum (dibahas),” kata Wakil Direktur Utama Pertamina Ahmad Bambang di Jakarta, Selasa (13/12).
Ahmad Bambang berkomentar, rencana kenaikan harga solar dan premium muncul seiring dengan kenaikan harga minyak mentah dunia pasca pemangkasan produksi minyak 1,2 juta barel per hari oleh OPEC.
Reporter : Samsul