Eksplorasi.id – Aparat penegak hukum wajib membongkar apa yang dimaksud dengan ‘penumpang gelap’ dalam hal divestasi PT Freeport Indonesia (PTFI).
Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman mengatakan, penjelasan secara gamblang yang dilontarkan Said Didu, mantan staf khusus Menteri ESDM Sudirman Said, disebuah acara talk show televisi perlu diperhatikan.
“Said Didu pernah menjadi salah satu anggota tim perundingan dari pemerintah dengan PTFI. Testimoni Said Didu pada acara di televisi diharapkan bisa membuka borok,” kata dia di Jakarta, Senin (23/7).
Yusri berkomentar, apakah yang dimaksud Said Didu dengan benalu itu adalah mafia yang sering menikmati hasil dari setiap kontrak pengelolaan sumber daya alam di Tanah Air selama ini, baik di sektor tambang, migas, panas bumi, dan lainnya.
“Biasanya praktek ini dimulai sejak izin akan dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal di Kementerian ESDM. Bisa juga saat masa perpanjangan izin operasi. Ini merupakan peluang besar bagi mafia untuk menjadi calonya,” jelas dia.
Penjelasan dia, mengutip pernyataan Said Didu, informasi tersebut didengar langsung dari pejabat PTFI. Hal itu bisa menjadi kebenarannya cukup valid.
“Keterangan penting itu sudah tentu bisa digunakan sebagai bukti tambahan atau petunjuk bagi penegak hukum (KPK, Polri dan Kejagung) kalau mau serius membongkar mafia sumber daya alam di republik ini,” tegas Yusri.
Dia menambahkan, praktek mafia sumber daya tersebut jelas sangat merugikan negara. Di satu sisi, dugaan korupsi atau pemerasan bukan merupakan delik aduan.
“Jadi tidak perlu sampai Said Didu melaporkan. Seharusnya penegak hukum yang jemput bola. Bisa jadi alotnya perundingan soal PTFI selama 3,5 tahun belakangan disebabkan oleh mafia tersebut,” ujar dia.
Sebelumnya, Said Didu berbicara dalam acara televisi swasta itu, “Orang Freeport buka ke saya banyak benalu di Jakarta. Kami capek tertekan di Indonesia. Kasus Freeport selalu ribut karena banyak benalu, dan benalu-banalu itu tokoh di Jakarta. Saya paham pak, orang Freeport buka ke saya.”
Said Didu kembali mengatakan, “Saya hitung saat itu pemasukan dari Freeport sekitar rata-rata 42 persen, termasuk deviden. Kemudian saya minta naik 60 persen langsung dijawab bersedia.”
“Saya kaget kok bersedia? Tapi tolong saya dibantu. Bantu saya membersihkan benalu, karena kami sudah capek tertekan di Indonesia. Di akhir penutupnya dia katakan selalu perundingan perundingan yang dikirim ke Indonesia selalu ujungnya di injak kakinya,” ungkap Said Didu.
Menurut Yusri, testimoni Said Didu itu berselang sehari setelah publik dihebohkan kehadiran salah tokoh legendaris kasus ‘Papa Minta Saham’ Mohammad Riza Chalid di acara Partai NasDem,
“Sekarang publik menunggu sikap tegas penegak hukum. Harapan besar diharapkan KPK berinisiatif segera memanggil Said Didu untuk diminta keterangannya terkait nama-nama yang dia katanya tahu telah sebagai benalu dan menginjak Freeport,” katanya.
Reporter: Sam