Eksplorasi.id – PT Pertamina (Persero) didesak untuk segera mengoperasikan salah satu anak usahanya, yakni PT Pertamina International Downstream Services (PIDS).
PIDS adalah anak usaha yang dibentuk untuk menangani bisnis hilir internasional Pertamina. Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman mengatakan, jika Pertamina memiliki visi untuk menjadi perusahaan energi kelas dunia, perseroan tidak bisa hanya menjadi pemain di dalam negeri saja.
Penjelasan Yusri, saat ini publik tahu bahwa Pertamina telah menunjukkan kiprahnya di dunia internasional dengan menggarap blok migas di beberapa negara.
“Sudah saatnya Pertamina pun bertekad menjadi pemain di pasar hilir migas internasional. Untuk downstream (hilir), Pertamina harus bisa menjadi operator retail di berbagai negara,” kata dia kepada Eksplorasi.id di Jakarta, Kamis (9/3).
Menurut Yusri, pembentukan PIDS sejatinya telah mendapat restu dari Kementerian BUMN. “Namun saat ini proses legalnya sudah sampai mana itu yang masih belum jelas,” ujar dia.
Dia menambahkan, dirinya memeroleh info jika PIDS sudah beroperasi maka bisa langsung menggarap bisnis bisnis bunker, kemudian dilanjutnya dengan membuka peluang bisnis di Myanmar.
“Info yang saya peroleh, bisnis bunker digarap dengan memanfaatkan fasilitas terminal BBM di Pulau Sambu, Kepulauan Riau yang telah selesai diperbaiki,” jelas dia.
Penjelasan Yusri, Pertamina membangun terminal automation system serta blending produk solar (high speed diesel/HSD) dan minyak bakar (marine fuel oil/MFO) berstandar internasional di TBBM Sambu.
“Kapasitas terminalnya sudah meningkat meningkat menjadi 300 ribu kiloliter (kl) dengan dermaga berkapasitas LR 100 ribu DWT.
Dia berkomentar, sejumlah fasilitas yang ada di terminal tersebut saat ini sudah selesai diperbaiki. “Kalau itu semua jalan, tinggal dibicarakan komersialisasinya oleh bagian pemasaran Pertamina. Pertamina dapat meraup sebagian pasar bunker yang selama ini dilayani oleh Singapura,” ungkap dia.
Sekedar informasi, diperkirakan potensi bunker di Selat Malaka mencapai 45 juta kl. Jika Pertamina dapat memeroleh 2,5 persen dari pasar bunker di Selat Malaka, maka penjualan yang diperoleh bisa mencapai 2,5 juta kl.
Penilaian Yusri, jika Pertamina bisa mengambil 5-10 persen dari pasar yang ada di Singapura, itu sudah cukup besar.
“Dengan investasi untuk upgrading semua fasilitas di Pulau Sambu sekitar Rp 2 triliun, dalam waktu 3-4 tahun bisa balik modal, bahkan mungkin bisa lebih cepat. Pertamina juga bisa menargetkan mengambil secara bertahap sekitar 10 persen pasar di Singapura dalam 2-3 tahun,” ujarnya.
Reporter : Samsul