Eksplorasi.id – Kinerja Pertamina yang mencatat pertumbuhan laba signifikan pada tahun ini diperkirakan dapat membuka peluang BUMN energi ini mengungguli perusahaan migas Malaysia, Petronas.
“Kita sebagai warga negara harus memberi apresiasi terhadap prestasi yang dicapai Pertamina. Dan saya optimistis bahwa Pertamina bisa mengalahkan Petronas, asal proses efisiensi terus dijalankan,” kata Kepala Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada, Deendarlianto di Jakarta, Minggu (28/8).
Menurut Deendarlianto, kinerja tersebut menunjukkan bahwa Pertamina telah melakukan efisiensi dengan sangat baik. Di tengah harga minyak dunia yang jatuh, BUMN tersebut justru berhasil melakukan penghematan yang luar biasa.
“Kalau melihat angkanya (laba pada semester pertama 2016), tentu kinerjanya membaik dan program efisiensinya berhasil, strategi manajemennya berhasil,” lanjut dia.
Optimisme Deendarlianto semakin besar karena dari berbagai kajian, didapatkan bahwa karakteristik Pertamina sebenarnya jauh lebih mandiri dibandingkan Petronas.
Perusahaan migas Malaysia tersebut selain langsung berada di bawah perdana menteri, subsidi negara juga sangat besar. Misalnya dari sisi eksplorasi, kata dia, negara yang melakukannya. “Untuk itu, saya prediksi ke depan, Petronas akan berada di bawah Pertamina,” katanya.
Pertamina menjadi satu di antara sedikit perusahaan migas dunia yang meraih pertumbuhan bersih pada saat anjlokya harga minyak dunia. Pada semester pertama 2016, misalnya, Pertamina meraup laba USD 1,83 miliar atau naik 221 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Kinerja tersebut bahkan sudah melampaui Petronas, yang pada saat sama justru membukukan penurunan laba bersih 72 persen menjadi USD 1,54 miliar. Selain itu, Pertamina juga menjadi satu-satunya BUMN di Tanah Air yang berhasil masuk jajaran elit perusahaan dunia versi Majalah Fortune tahun ini.
Pengamat ekonomi energi UGM Fahmi Radhy juga memberi apresiasi kepada Pertamina. Terutama, karena Pertamina berhasil melakukan efisiensi yang luar biasa.
“Saya memberi apresiasi. Terutama kemampuan untuk melakukan efisensi. Pertamina berhasil melakukan efisiensi secara besar-besaran, sehingga bisa mencetak profit yang cukup tinggi,” kata Fahmi.
Dalam pengamatan Fahmi, pada era kepemimpinan Dwi Soetjipto, Pertamina memang melakukan berbagai perbaikan, terutama dalam hal efisiensi tadi.
Penghematan yang cukup besar dan signifikan, lanjutnya, berasal dari pengadaan BBM, terutama sejak dibubarkannya Petral. Kondisi tersebut, menurut Fahmi, membuat beban biaya Pertamina menjadi banyak berkurang.
Dengan berbagai penghematan tersebut, lanjut dia, meski seperti juga kebanyakan perusahaan minyak dunia yang terkena imbas jatuhnya harga minyak, namun Pertamina berhasil melakukan penghematan yang luar biasa.
Reporter : Anargya