Eksplorasi.id – PT Pertamina (Persero) menginginkan investor yang akan digandengnya untuk menggarap Kilang Tuban, tidak hanya fokus bisnis kilang. Investor tersebut diharapkan bisa memberikan kesempatan kepada Pertamina untuk mengelola blok minyak dan gas bumi (migas) di negara asalnya.
Untuk merealisasikan keinginan ini, Pertamina akan memasukkan klausul tersebut dalam kontrak kerjasama yang akan diteken bersama investor. Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan saat ini Pertamina sedang menyiapkan kerangka acuan untuk kontrak dengan investor Kilang Tuban.
Salah satu poin penting yang akan dimasukkan adalah adanya integrasi bisnis yang bisa dilakukan bersama antara Pertamina dan mitra kerja. “Harapan kami tidak hanya soal kilang. Tapi peluang di sektor hulu migas,” ujarnya kepada Katadata, kemarin.
Hingga saat ini Pertamina memang belum menentukan siapa investor yang akan menjadi mitranya di Kilang Tuban. Calon investor Kilang Tuban masih tersisa lima, yakni Rosneft dari Rusia, Saudi Aramco dari Arab Saudi, Kuwait Petroleum Inc dari Kuwait, Sinopec asal Cina, dan konsorsium Thai Oil Thailand dan PTT GC Thailand.
Penentuan investor Kilang Tuban memang agak sedikit molor. Tapi Wianda tidak khawatir pembangunan kilang tersebut akan sedikit tertunda. “Kami lebih berfokus pada penyiapan kontrak yang baik agar aspek legal dan komersial dapat terpenuhi dengan maksimal. Jangan sampai terburu buru, namun belum final dan belum tuntas,” ujar dia.
Direktur Pembinaan Hilir Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Setyo Rini Tri Hutami juga tidak mempermasalahkan sikap Pertamina yang belum juga mengumumkan investor kilang Tuban. Menurutnya Pertamina bisa mengejar ketertinggalan tersebut.
“Kalau lambat di satu aspek, kami minta Pertamina percepat di tahapan yang lainnya, misal di kajian desainnya,” kata Rini.
Jika sesuai rencana, pembangunan kilang Tuban paling cepat akan memakan waktu empat tahun. Jika sesuai rencana, kilang tersebut bisa selesai pada 2021. Kapasitas kilang Tuban sebesar 300 ribu barel per hari. Setelah rampung kilang ini nantinya akan diintegrasikan dengan pengembangnan kilang Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI).
Sejauh ini calon kuat investor proyek Kilang Tuban sudah mengerucut ke Perusahaan migas asal Rusia, Rosneft. Perusahaan asing itu sudah melawat ke Indonesia dan bertemu dengan Menteri ESDM Sudirman Said dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno beberapa waktu lalu.
Rosneft juga menawarkan kerjasama di sektor hulu migas. Perusahaan sudah berpengalaman mengelola kilang. Selain itu produksi minyak dari perusahaan tersebut juga besar dan bisa memasok kebutuhan bahan baku Kilang Tuban. Total minyak mentah yang disiapkan Rosneft untuk memasok kilang Tuban sebanyak 5,2 juta barel per hari.
Pembangunan kilang ini membutuhkan dana sekitar US$ 12 miliar. Nantinya mitra Pertamina akan memiliki 45 persen saham di Kilang Tuban, sisanya Pertamina. Untuk pendanaannya, Pertamina akan mengambilnya dari modal perusahaan sebesar 40 persen dan 60 persen lainnya dari pendanaan eksternal.
Eksplorasi | Aditya | Antara