Eksplorasi.id – PT Pertamina (Persero) terus melanjutkan rencana melepas anak usahanya melalui skema penawaran saham perdana ke publik (IPO). Namun, dari sejumlah anak usaha di luar bisnis intinya tersebut, hanya satu anak perusahaan yang siap masuk bursa saham yaitu perusahaan asuransi PT Tugu Pratama Indonesia.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan, Pertamina telah mengkaji beberapa anak usaha yang bisnisnya tidak sesuai dengan bisnis inti di sektor minyak dan gas bumi (migas). Dari 18 anak usaha, ada enam perusahaan di luar bisnis migas. Yaitu PT Patra Jasa, PT Pertamina Dana Ventura, PT Pertamina Training & Consulting, PT Pertamina Bina Medika, PT Pelita Air Service, dan PT Tugu Pratama Indonesia.
Namun, dari enam anak usaha tersebut, hanya Tugu Pratama yang memenuhi syarat untuk IPO dan menjual sahamnya ke publik. Persyaratan IPO itu adalah perusahaan harus menbukukan laba selama tiga tahun berturut-turut. “Yang siap anak usaha asuransi,” kata Dwi.
Dwi menargetkan IPO Tugu Pratama Indonesia bisa dilakukan tahun ini. Pertamina sedang mengurus semua persyaratan dan ketentuan untuk melangsungkan hajatan tersebut. Termasuk meminta izin kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan memilih underwriter atau penjaminan emisi IPO.
Padahal, Pertamina semula berencana melepas saham tiga anak usahanya untuk melantai di bursa saham tahun ini. Selain Tugu Pratama Indonesia, ada juga PT Patra Jasa yang bergerak di bidang perhotelan dan PT Pertamina Bina Medika yang bisnisnya bergerak di sektor rumah sakit.
Rencana penawaran perdana saham tiga anak perusahaan ini dibenarkan oleh Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro. Menurut dia, rencana ini masih dalam tahap pengkajian di internal perusahaan.
“Kami masih review dulu karena proses IPO harus melalui proses bertahap seperti due diligence (uji tuntas). Agar menghasilkan book value (nilai buku untuk penentuan harga saham) yang sesuai parameter pasar dan apa yang menjadi strategi ke depan,” ujar Wianda, awal tahun ini.
Di sisi lain, Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan tidak semua anak usaha BUMN di luar bisnis utama induk yang harus dijual. Contohnya bisnis rumah sakit yang dimiliki oleh PT Pertamina (Persero).
Rini malah menginginkan agar rumah sakit Pertamina dikelola secara profesional sehingga dapat mengelola rumah sakit BUMN lainnya. Ini karena rumah sakit Pertamina dianggap sukses dalam mengelola rumah sakit.
Saat ini, kata Rini, ada sekitar 70 BUMN yang juga membangun rumah sakit. Hal itu menurut dia karena banyak daerah yang belum memiliki rumah sakit. “Kalau memang kami memiliki (rumah sakit) itu, Kami harus meningkatkan karena itu penting untuk masyarakat sekitarnya,” ujar Rini.
Eksplorasi | Aditya