Eksplorasi.id – Harga minyak dunia saat ini berada di kisaran USD 26,31 per barel untuk jenis Brent Oil dan USD 19,45 per barel jenis Crude Oil WTI.
Ironi, meskipun harga minyak dunia jeblok, namun manajemen PT Pertamina (Persero) di bawah Nicke Widyawati tetap berkukuh tidak ingin menurunkan harga BBM.
Bahkan, mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan sempat berkomentar (mungkin dengan nada satir, red) bahwa harga BBM yang belum turun sebagai bentuk sedekah kepada Pertamina.
“Alhamdulillah di bulan Ramadan ini kita bisa lebih banyak bersedekah. Sedekah terbesar kita ya ke Pertamina itu,” kata dia.
Dahlan mengatakan, masyarakat justru harus iba kepada Pertamina. Pendapatannya yang biasa besar kini turun hampir 50 persen akibat sepi pelanggan BBM selama masa pandemi Corona.
Sebelumnya, Dirut Pertamina Nicke Widyawati berkilah dan berlindung di balik Keputusan Menteri ESDM No 62K/MEM/2020 tertanggal 28 Februari 2020 soal harga jual BBM.
“Tahun lalu crude naik sampai tinggi, kami tidak serta merta menaikkan harga. Ini sesuatu yang tidak mudah dan bisa dikaitkan begitu saja,” kata dia dalam konferensi pers secara daring, Kamis (30/4).
Pertamina selama Ramadhan memberikan diskon 30 persen untuk BBM jenis Pertamax series dan Dex series. Namun, untuk memeroleh diskon tersebut konsumen perlu melakukan sejumlah langkah.
Sebut saja, diskon berlaku untuk pembelian pada periode 27 April 2020 sampai 23 Mei 2020. Kemudian, pembayaran BBM dengan harga diskon dilakukan secara non-tunai melalui aplikasi MyPertamina atau dengan dompet digital LinkAja.
Berikutnya, setiap konsumen hanya berhak atas diskon 30 persen untuk sekali transaksi dalam sehari. Diskon 30 persen harga BBM Pertamax series dan Dex series diberikan kepada total 2.000 pelanggan Pertamina per hari.
Eksplorasi.id pada Sabtu (2/5) coba melakukan uji lapangan. Langkah pertama yang Eksplorasi.id lakukan adalah mendatangi sejumlah SPBU di wilayah Tangerang Selatan.
SPBU pertama yang Eksplorasi.id datangi berada di Jl Bhayangkara, Serpong Utara. SPBU tersebut adalah murni swasta alias Dealer Owner Dealer Operate (DODO).
“Maaf pak, SPBU yang melayani diskon 30 persen hanya yang resmi punya Pertamina (Company Owned Company Operated/ COCO), kalau kami (swasta) tidak,” ujar salah satu pegawai SPBU tersebut kepada Eksplorasi.id.
Eksplorasi.id kemudian bergerak ke arah SPBU yang ada di wilayah Graha Raya, Bintaro. Komentar serupa juga dilontarkan oleh pegawai SPBU tersebut. Lalu Eksplorasi.id bergeser ke arah Jl Raya Serpong. Setali tiga uang, komentarnya pun sama.
Eksplorasi.id lalu menuju SPBU berlabel COCO dengan kode 31.153.02 yang berlokasi di wilayah BSD Serpong. Ketika menanyakan soal diskon, pegawai SPBU tersebut berkata,”Bapak harus download dulu MyPertamina dan bayarnya pakai LinkAja. Tapi maaf, untuk saat ini sedang tidak bisa karena pending.”
Muslihat ala Abu Nawas
Diminta pendapatnya, Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman berkata, pola itu hanya akal-akalan yang dilakukan Pertamina di bawah kendali Nicke Widyawati.
“Ini sama seperti polanya Abu Nawas. Pertama, berapa banyak orang yang mengunduh aplikasi MyPertamina? Ketika mau transaksi unduh dulu aplikasi itu. Bayangkan kalau misalnya pengunduhan baru dilakukan di depan dispenser SPBU? Antrian akan terjadi,” jelas Yusri.
Kemudian, lanjut Yusri, ada larangan untuk menggunakan ponsel di area SPBU. Jika menggunakan aplikasi MyPertamina dan LinkAja, otomatis maka konsumen akan menggunakan ponsel di area SPBU.
“Bahasa kasarnya, bodoh boleh tapi jangan tolol. Sudah jelas ponsel dilarang di SPBU ini malah menggunakan ponsel untuk transaksi di SPBU. Jelas-jelas sangat sesat pikir,” tegas dia.
Yusri berkomentar, semestinya Nicke ketika mengelola Pertamina dan ‘berdagang’ bisa menerapkan pola seperti yang diajarkan Nabi Muhammad SAW, terutama menyangkut jujur dan dipercaya (Al-amin) dengan sifat-sifatnya seperti Robbaniyyah, Akhlaqiyah, Al Waqiah, dan Al Insaniyyah.
“Bukan dengan cara akal-akalan dan ngadalin konsumen, apalagi ini Ramadhan. Publik sangat heran kenapa Presiden Jokowi masih tetap memertahankan sosok yang jelas tidak amanah ketika mengelola Pertamina ini,” tegas Yusri.
Penjelasan Yusri, dirinya banyak mendapat telepon dan pesan Whatsapps dari banyak konsumen disejumlah daerah yang merasa tertipu atas keterangan dirut Pertamina di media massa.
Kalau dicermati, lanjut dia, ternyata diskon yang dikeluarkan Pertamina sehari hanya dikisaran Rp 40 juta, dan per orang maksimal hanya Rp 20 ribu dari berapapun konsumen beli BBM dan hanya berlaku untuk 2.000 konsumen pertama.
“Apa artinya Rp 40 juta dibanding miliaran rupiah yang dikeruk Pertamina dari rakyat setiap hari karena mahalnya harga BBM yang dilakukan Pertamina dan badan usaha lain yang telah melanggar peraturan pemerintah,” ujar dia.
Pertamina untung besar
Perhitungan Yusri Usman, sejak 1 April 2020, jika mengacu kepada Keputusan Menteri ESDM No 62 K/12/MEN/2020 yang diteken oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif pada 28 Februari 2020 dan berlaku 1 Maret 2020, tidak kurang Pertamina telah menikmati ‘keuntungan’ Rp 200 miliar per hari sejak 1 April dan Rp 300 miliar per 1 Mei.
“Harga beli minyak terjadi perubahan drastis dengan basis hitungan Kepmen ESDM itu, meskipun kata dirut Pertamina bahwa konsumsi BBM Pertamina turun sekitar 25 persen, tapi masih di sekitar 100 ribu kiloliter (kl) perhari dari konsumsi normal disekitar 135 ribu kl per hari diseluruh Indonesia,” terang dia.
Yusri dengan geram mengatakan, komentar dirut Pertamina sangat tidak pantas diucapkan disaat seluruh rakyat sedang paranoid terhadap Covid 19.
“Nicke enak sebagai dirut bisa menikmati gaji ratusan juta serta fasilitas direksi serta mendapat tantiem miliaran. Namun kebijakan yang dikeluarkan Pertamina di bawah komandonya sangat tidak beradab,” tegas dia.
Bohongi Presiden
Yusri Usman lalu membongkar soal rapat terbatas kabinet yang dipimpin Presiden Jokowi dengan cara virtual pada 28 April 2020.
“Apakah benar Pertamina pada 28 April 2020 hadir mengikuti rapat terbatas kabinet yang dipimpin Presiden Joko Widodo secara virtual sesuai protokol Covid 19, yaitu sesuai undangan yang beredar dari Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung untuk membahas kebijakan harga BBM dalam situasi pandemi Covid 19,” tanya dia.
Lalu, imbuh Yusri, apakah benar dalam simulasi yang ditampilkan Pertamina saat itu dengan menggunakan asumsi rata rata MOPS Gasoline 92 50.20 SGD/bbls (MOPS/3.307,82 Rp/L) plus konstanta Rp 1.800 ditambah margin 10 persen telah menghasilkan harga ke ekonomian Ron 92 (setara Pertamax) Rp 5.675,36 per liter dan BBM Ron 90 (setara Pertalite) Rp 5.646,32 per liter.
Kemudian, dengan asumsi MOPS USD 40/bbls ( MOPS = 3,712.92 Rp/L) menghasilkan harga BBM Ron 92 (setara Pertamax) Rp 6.125,47 per liter dan harga BBM Ron 90 (setara Pertalite) Rp 6.092,88 per liter untuk penentuan harga BBM yang rencananya akan diberlakukan pada 1 Mei 2020 berdasarkan perhitungan rata rata MOPS dan nilai tukar kurs tengah Bank Indonesia mulai 25 Maret hingga 24 April 2020, sesuai ketentuan Kepmen ESDM No 62.K/12/MEN/2020.
“Apakah semua angka angka dalam simulasi yang ditampilkan Pertamina pada ratas itu sudah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan Dewan Komisaris Pertamina? Atas dasar aturan apa Pertamina dalam simulasi itu telah menggunakan asumsi MOPS 50.20 SGD/ bbls. SGD adalah mata uang dolar Singapura, karena saya sudah buka semua aturan Kementerian ESDM tidak pernah menggunakan mata uang dolar Singapura, kecuali menggunakan mata uang dolar Amerika,” ungkap dia.
Penegasan Yusri, Nicke Widyawati ketika melakukan RDP dengan DPR Komisi VII pada 21 April 2020 telah menyatakan bahwa Pertamina pada akhir Maret 2020 telah membeli minyak mentah dengan harga USD 24 per barel dan Gasoline Ron 92 seharga USD 22,5 per barel.
Berikutnya, ada pula keterangan bahwa saat ini harga produk BBM di pasar Singapura bisa lebih murah sekitar USD 2 hingga USD 4 per barel daripada harga minyak mentah akibat anjloknya konsumsi BBM diseluruh dunia karena lockdown, dan ini kenyataan yang tidak terbantahkan.
Di satu sisi, sekedar informasi, Pertamina selama ini telah berlangganan majalah publikasi MOPS, Argus, RIM dan lainnya terkait informasi harian harga BBM dan minyak mentah seluruh dunia dengan mengeluarkan biaya sekitar Rp 100 miliar per tahun.
“Semua itu dibayar dari uang perusahaan milik negara, tentu semua data-data yang diperoleh dari semua publikasi itu bukanlah merupakan data rahasia. Sehingga merupakan hak publik dapat mengetahuinya, maka seharusnya semua bisa mengakses setiap saat pada situs Pertamina,” kata Yusri.
Dia berucap, kalau semua informasi tersebut di atas mengandung kebenaran, maka Yusri menduga bahwa Dewan Direksi Pertamina pada saat rapat tersebut telah berbohong kepada Presiden Jokowi dan rakyat terkait parameter dalam simulasi penentuan harga BBM.
“Khusus nilai rata rata MOPS tersebut terlalu tinggi dari fakta yang ada, meskipun pada 18 Maret 2020 presiden telah pernah memerintahkan pada para menteri terkait untuk segera mengkalkulasi ulang harga BBM ketika harga minyak dunia saat itu sudah turun tajam sekitar 60 persen pada menjelang akhir kuartal pertama,” ucapnya.
Yusri menerangkan bahwa pihaknya memiliki data-data dua parameter utama pembentuk harga BBM, yaitu harga aktual MOPS Gasoline series (Ron 92 – Ron 97) hanya berkisar USD 20 hingga USD 23 per barel dan nilai tukar rupiah rata-rata Rp 15.800 per dolar AS untuk periode 25 Maret sd 24 April 2020.
Reporter : Her