Eksplorasi.id – Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto mengaku pihaknya terkendala oleh penurunan investasi PT Total E&P Indonesie dalam upaya alih kelola Blok Mahakam, Kalimantan Timur.
Menurut Dwi, penurunan investasi kontraktor asal Prancis itu telah mengakibatkan adanya penurunan produksi dalam dua tahun terakhir.
“Total menurunkan investasinya sehingga tentunya sangat berdampak pada produksi tahun 2018. Kami mengusahakan agar Pertamina bisa berinvestasi lebih dulu pada 2017, sehingga tahun 2018 (saat Pertamina mengambilalih kelola blok tersebut), penurunan produksinya bisa kami tekan,” katanya di Jakarta, Rabu petang.
Dwi menjelaskan, sesuai perjanjian kontrak kerja sama yang ada, pihaknya memang tidak bisa begitu saja ikut masuk dalam pengelolaan Blok Mahakam sebelum kontrak berakhir.
Namun, ia khawatir jika tidak ada tindakan apa pun pada 2017, penurunan produksi dari blok minyak tersebut pada 2018 akan sangat besar.
“Ini yang sebenarnya tidak kami kehendaki demi kepentingan bangsa dan negara. Kami berharap 2017 Pertamina sudah bisa ‘action’ untuk berinvestasi,” ujarnya.
Dengan kondisi tersebut, Dwi mengaku pihaknya masih menunggu respon positif Total terhadap niat Pertamina untuk bisa mulai melakukan investasi pada 2017.
Menurut dia, dari pembicaraan antara kedua pihak, jajaran tinggi Total mengaku akan mendukung proses transisi dengan sebaik-baiknya.
“Jadi kami menunggu bagaimana niat baik Total apakah bisa memberikan kesempatan agar Pertamina bisa menyiapkan investasi lebih dulu,”katanya seraya menambahkan rencana biaya investasi sekitar 2,5 miliar dolar AS yang perlu disiapkan untuk mulai masuk Blok Mahakam.
Kontrak pengelolaan Blok Mahakam yang dimiliki PT Total EP Indonesie dan Inpex Corporation akan berakhir Desember 2017. Pemerintah memutuskan menyerahkan hak pengelolaan 100 persen Blok Mahakam kepada Pertamina.
Namun pemerintah mengizinkan Pertamina menggandeng Total dan Inpex sebagai mitra. Sebab, dua perusahaan migas ini sudah berpengalaman mengelola blok di Kalimantan Timur. Tapi, kepemilikan Total dan Inpex di Blok Mahakam dibatasi maksimal 30 persen saham.
Pertamina memberikan waktu hingga Juni 2016 kepada Total E&P untuk menentukan sikap pasca berakhirnya kontrak pengelolaan Blok Mahakam pada 2017. Jika Total tidak juga memutuskan untuk ikut serta dalam pengelolaan pasca 2017, Pertamina siap mengelola sendiri Blok Mahakam mulai 2018.
Untuk persiapan pengambilalihan pengelolaan Blok Mahakam setelah 2017, Pertamina sudah membentuk tim transisi.
Tim yang bernama Tim Pengambilalihan Pengelolaan Mahakam (TPPM) ini nantinya memiliki beberapa tugas, mulai dari melengkapi data operasional Pertamina ketika mengelola Blok Mahakam hingga menyiapkan work program and budget (WP&B) 2016 maupun WP&B 2017.
Data Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) menyebutkan sisa cadangan gas di Blok Mahakam masih cukup besar.
Sejak ditemukan cadangan pada 1972, diperkirakan masih menyisakan cadangan minyak sebesar 131 juta barel dan cadangan gas sebanyak 3,8 TCF pada 2017. Dari jumlah tersebut diperkirakan sisa cadangan terbukti gas kurang dari 2 TCF. (Eksplorasi/Ant/Top)