Eksplorasi.id. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) terus mendorong investasi di proyek energi baru dan terbarukan (EBT), terutama listrik yang dihasilkan dari energi matahari atau tenaga surya.
Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2016-2025, porsi energi baru dan terbarukan mencapai 25%. Dari sisi kapasitas daya, ditargetkan pembangkit EBT bisa menambah pasokan setrum 25.352 megawatt. (lihat tabel)
Dari jumlah tersebut, pemerintah berharap porsi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) bisa mengisi sekitar 2% atau 500 megawatt (MW).
Skema pengembangan PLTS tersebut dapat melalui program Pemerintah melalui skema feed in tariff atau negosiasi dengan PLN, beberapa regulasi pendukung yang saat ini tahap finalisasi.
Meskipun porsi PLTS sangat kecil dari total program kelistrikan, namun mulai membuka minat bagi investor. Salah satu investor swasta yang berniat untuk mengembangkan PLTS adalah PT Sigmagold Inti Perkasa Tbk.
Direktur PT Sigmagold Inti Perkasa Tbk Boling Aruan bilang, pihaknya berencana melakukan melakukan diversifikasi dari bisnis tambang emas ke sektor energi. “Kami menjajaki pembangunan solar cell, namun sepertinya tidak tahun ini,” kata Boling (28/6).
Selain TMPI, PT Adaro Energy Tbk juga menyatakan minat untuk membangun PLTS dengan kapasitas 50 MW di areal konsesi tambang mereka yang berlokasi di Kalimantan Selatan. Perkiraan nilai investasi PLTS ini mencapai US$ 75 juta.
Bagi Adaro, bisnis setrum bukan yang pertama. Perusahaan ini memiliki target untuk membangun pembangkit listrik hingga 20 Gigawatt hingga 2030 mendatang dengan proyeksi investasi sekitar US$40 miliar setara Rp 529 triliun.
Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Tbk Febrianti Nadira mengatakan untuk realisasi proyek PLTS ini belum bisa diumumkan. “Masih dalam proses dan lagi dipersiapkan,” katanya kepada KONTAN (28/6).
Kebutuhan sendiri
Pengembangan PLTS ini sebagian besar memang baru untuk mencukupi kebutuhan sendiri, artinya tidak dijual kepada PT PLN. Seperti yang dilakukan oleh Total E&P yang telah membangun PLTS skala kecil berkapasitas 7 MW di Kalimantan Timur.
Head Department Media Relations Total E&P Indonesie Kristanto Hartadi mengatakan pembangkit itu sudah berjalan, yang digunakan untuk fasilitas milik Total E&P.
“Itu dipasang pada lapangan Senipah, Lapangan Handil, dan Kantor di Balikpapan. semua sudah berjalan,” kata Kristanto. Namun Kristanto belum mau mengatakan rencana kedepan apakah Total berniat untuk membangun PLTS lagi atau tidak.
Selain itu ada juga PLTS Cirata berkapasitas 1 MW milik PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) juga sudah sudah jalan. “Kami sudah mengaliri ke jaringan rumah tangga,” kata General Manager PT PJB Cirata, Wisrawan Wahyu Wibowo. Saat ini harga listrik dari PLTS di kisaran US$ 8 sen per Kilo Watt Hour (KWH) hingga US$ 9 sen per KWH.
Pemerintah melalui Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi berencana membangun 24.468 unit PLTS.
Eksplorasi | Dian