Eksplorasi.id – Mega proyek pipanisasi BBM PT Pertamina (Persero) yang mengelilingi Pulau Jawa sepanjang 956 kilometer, ditargetkan masuk tahap konstruksi di tahun ini.
“Paling tidak, akhir tahun ini, konstruksi sudah bisa dimulai. Tapi harus proses lelang dulu, dan menyesuaikan dengan phasing out anggaran investasi 2016 yang disetujui,” ujar Vice President Technical Services Direktorat Pemasaran Pertamina, Sofyan Yusuf dalam rilis kepada media di di Jakarta, Minggu (13/3/2016).
Sofyan mengatakan, pada tahap awal, Pertamina akan membangun pipa sepanjang 401 kilometer (km) yang terdiri dari Lomanis-Rewulu 180 km, Lomanis-Tasikmalaya 128 km, dan Cikampek- Plumpang II 93 km.
Nilai investasi dari pembangunan pipa BBM di tiga jalur tersebut, kata Sofyan, masih dalam perhitungan. Sedangkan untuk lahan pipa, rencananya menggunakan lahan eksisting Cirebon-Bandung dan Cilacap-Yogyakarta. Kalau kurang bisa memanfaatkan lahan di sisi jalur kereta api.
Rencananya, kata Sofyan, pipa BBM ini mengalirkan BBM jenis premium, minyak diesel, pertalite, dan pertamax. “Jalur pipa nantinya multipurporse. Kami juga memprioritaskan local content, sepanjang material tersedia di dalam negeri dan harganya kompetitif,” terang Sofyan.
Kata Sofyan, Pertamina berencana menambah jaringan pipa untuk menyalurkan BBM yang saat ini panjangnya 1.283 kilometer. Sementara, total kebutuhan pengembangan pipa di seluruh Pulau Jawa mencapai 2.239 kilometer.
Soal biaya, tentu saja perlu dana yang cukup besar untuk membangunnya. Berdasarkan kalkulasi Pertamina, butuh dana US$ 400 juta, sudah termasuk pembebasan lahan di sekitar jalur pipa.
Selain mendukung pipa yang sudah ada, penambahan jaringan pipa BBM ini, lanjut Sofyan, bertujuan untuk mengantisipasi risiko
distribusi BBM ke seluruh pelosok daerah.
Diterangkan Sofyan, distribusi BBM menggunakan truk tanki, terbatas volumenya. Selain juga bisa terhambat karena faktor non
teknis seperti kemacetan ataupun resiko kebakaran.
Wianda Pusponegoro, Vice Presient Corporate Communication Pertamina, mengatakan penambahan jaringan pipa itu merupakan bagian dari rencana jangka panjang Pertamina untuk meningkatkan cadangan BBM nasional.
Apalagi, lanjut Wianda, hingga saat ini, Indonesia belum memiliki cadangan penyangga energi nasional. Hanya ada cadangan operasional Pertamina selama 22 hari untuk BBM dan 12 hari untuk LPG. “Tanpa cadangan penyangga, ketahanan energi Indonesia bisa terancam,” katanya.
Eksplorasi | Inilah | Yudo