PT Pertamina International Shipping (PIS) menyebutkan performa Integrated Terminal Tanjung Uban di Bintan, Kepulauan Riau, terus meningkat dan siap menjadi trading hub di Asia Tenggara.
“Sejak program pemindahan titik serah terima logistik dari luar negeri ke dalam negeri (supplier head stock/SHS), jumlah kargo dari terminal yang dikelola PT Pertamina Energy Terminal (PET) terus meningkat,” kata Direktur Keuangan PIS Diah Kurniawati di Jakarta, Rabu (24/7).
Katanya, posisi terminal yang strategis di dekat Selat Malaka, sebelumnya hanya mengelola distribusi BBM dan LPG di Pulau Sumatera serta bagian barat Pulau Kalimantan. Melalui program SHS yang dimulai pada 2002, terdapat penerimaan kargo SHS sebanyak 13 kapal dengan kapasitas 4,83 juta barel.
“Kemudian, pada akhir 2023 hingga Juli 2024 sebanyak 18 kapal dengan kapasitas 5,3 juta barel,” ucapnya.
Peningkatan performa dan operasional terminal strategis itu dipastikan langsung oleh Direktur Keuangan PIS Diah Kurniawati pada rangkaian kunjungan management walkthrough (MWT) ke Tanjung Uban, Kamis (18/7/2024).
“Integrated Terminal Tanjung Uban dengan status Pusat Logistik Berikat (PLB) ini menjadi sebuah keuntungan bagi Sub-Holding Integrated Marine Logistics (SH IML) PT Pertamina (Persero). Dengan fasilitas yang lebih baik dan posisi strategis menjadi daya tarik pelanggan berskala global. Tentu, hal ini sejalan dengan rencana dan strategi SH IML untuk mengembangkan market non-captive,” ujar Diah.
Berbagai upgrade dari PET selama beberapa tahun terakhir membuat terminal memiliki tingkat throughput sebesar 8.715 kiloliter/hari untuk bahan bakar minyak dan 2.693 metrik ton/hari untuk LPG dengan jumlah 200 ship call per bulan.
Diah menambahkan bahwa dalam rencana SHS pada 2025-2028, terminal akan diposisikan sebagai trading hub bagi konsumen luar dan dalam negeri. Dengan memaksimalkan blending facility untuk produk gasoline, sehingga dapat mengelola 2-3 komponen sekaligus dalam satu tangki,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Manajemen Risiko PIS Muhamad Resa menambahkan sebagai bagian dari mitigasi risiko, Integrated Terminal Tanjung Uban juga telah dilengkapi buffer zone sebagai jarak aman antara area operasional dengan permukiman warga sepanjang 1.675 m. “Buffer zone tersebut berisi hutan dan rawa seluas 205 hektare atau 83 persen dari luas area,” paparnya.
“PET juga telah memasang lightning protection system sebanyak 18 titik di seluruh area operasional,” kata Resa.
“Berbagai safety measure ini kami terapkan mengingat peran vital Integrated Terminal Tanjung Uban sebagai penyangga ketahanan energi nasional. Hal ini juga menjadi salah satu bentuk dukungan PIS pada kesejahteraan pekerja dengan standar HSSE global, yang dicapai pada 2023 dengan zero fatality dan 40,5 juta jam kerja aman,” kata Diah.
Informasi saja, Integrated Terminal Tanjung Uban memiliki luas lebih dari 250 hektare dengan kapasitas penyimpanan sebesar 402.413 kiloliter untuk bahan bakar minyak dan 93.500 metrik ton untuk LPG.
Melalui tujuh dermaga yang bisa menampung kapal-kapal berukuran antara 600.000 hingga 100.000 DWT, distribusi bahan bakar minyak, dan LPG hingga kargo lainnya dapat dilakukan secara efisien. Integrated Terminal Tanjung Uban menjadi satu dari enam terminal energi strategis yang dikelola oleh PIS melalui PET.
Terminal lainnya adalah Terminal LPG Refrigerated Tanjung Sekong (Banten), Fuel Terminal Pulau Sambu (Kepulauan Riau), Fuel Terminal Kotabaru (Kalimantan Selatan), Fuel Terminal Baubau (Sulawesi Tenggara), dan Terminal LPG Refrigerated Tuban (Jawa Timur).