Eksplorasi.id – Manajemen PT PLN (Persero) dikabarkan akan membatalkan tender pembangunan PLTU Jawa 1 dan akan menunjuk langsung anak usahanya untuk menggarap proyek tersebut.
Di satu sisi, konsorsium Pertamina-Marubeni-Sojitz sebelumnya sempat digadang-gadang akan memenangkan tender proyek pembangkit tersebut.
Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman mengatakan, jika informasi tersebut benar maka aparat penegak hukum mesti segera turun tangan menyelidiki penyimpangan tender tersebut.
“Ini sudah tidak benar. Harga jual listrik yang ditawarkan konsorsium Pertamina sudah cukup murah dibandingkan peserta tender lainnya. Maunya pihak PLN apa sebenarnya? KPK atau Bareskrim Mabes Polri mesti usut hal itu jika benar tender dibatalkan,” kata dia di Jakarta, ketika diminta komentarnya, Jumat (6/1).
Yusri berkomentar, pihaknya berharap PLN tidak membatalkan tender ini seperti kasus tender PLTU Jawa 5. Pasalnya, dari sisi harga dan kompentesi, konsorsium Pertamina sangat layak ditunjuk sebagai pemenang, meskipun diawal proses tender terkesan ada upaya untuk menyingkirkan konsorsium Pertamina.
“Ini proyek negara. Jangan hanya karena kepentingan golongan maka proyek ini dikorbankan. Efek dominonya akan panjang jika tender dibatalkan dan dilakukan penunjukan langsung,” jelas dia.
Seperti diketahui, dalam tender PLTGU Jawa 1, konsorsium bertarung dengan Mitsubishi Corp-JERA-PT Rukun Raharja Tbk-PT Pembangkitan Jawa Bali dan konsorsium PT Adaro Energi Tbk-Sembcorp Utilities PTY Ltd. Kemudian, konsorsium PT Medco Power Generation Indonesia-PT Medco Power Indonesia-Kepco-dan Nebras Power.
Sekedar informasi, berdasarkan keterangan yang dihimpun, harga listrik yang ditawarkan konsorsium Pertamina ke PLN untuk proyek PLTGU Jawa I konon ‘hanya’ USD 0,055 per kWh. Harga tersebut relatif lebih murah disbanding peserta tender lainnya. Sementarakonsorsium Adaro menawar USD 0,064 per kWh, dan konsorsium Mitsubishi menawarkan USD 0,065 per kWh.
PLTU Jawa 1 akan dibangun dengan kapasitas 2 x 800 megawatt (MW) dengan nilai investasi ditaksir mencapai USD 2 miliar atau sekitar Rp 26 triliun.
Reporter : Samsul