Eksplorasi.id – PT PLN (Persero) dinilai tidak layak menjadi induk usaha dalam holding BUMN energi yang digagas oleh Kementerian BUMN. Alasannya sederhana, secara keuangan, kinerja, dan aspek SDM PLN belum bisa dikatakan mumpuni.
Hal itu ditegaskan oleh Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman di Jakarta, Jumat (28/10). “Kementerian BUMN mesti mengkaji lebih dalam soal holding BUMN energi ini. Akan menjadi kontra produktif jika ternyata PLN yang menjadi induk usaha dalam agenda besar tersebut,” kata dia.
Yusri mengatakan, seharusnya Kementerian BUMN bisa melihat mana BUMN energi yang secara kondisi keuangan lebih sehat dan kuat. Pasalnya, imbuh dia, sesuai hukum alam yang kuatlah yang bisa menjadi pemimpin.
Menurut Yusri, berdasarkan pertimbangan sederhana apapun, sebenarnya Kementerian BUMN bisa melihat mana BUMN yang layak menjadi induk usaha. “Ini persoalan mana secara akuntabel yang bisa dipertanggungjawabkan. Tujuan holding ada semakin kuat dan efisien bukan malah memperlemah,” jelas dia.
Achmad Widjaja, wakil ketua Komite Tetap Kamar Dagang dan Industri Indonesia Bidang Industri Hulu dan Petrokimia, pernah berkomentar, PLN tidak bisa dikaitkan dengan kegiatan industri manufaktur lantara ada Pertamina yang mengurus bisnis minyak dan gas.
“Berbicara energi untuk kelangsungan kegiatan industri manufaktur hanya PLN saja tidak bisa. Mengapa energi tidak di-holding-kan? Pertamina punya hulu hilir. Seharusnya Pertamina bisa menguasai PLN, bukan didikte PLN,” tegas, beberapa waktu lalu.
Achmad menegaskan, bila PLN dan Pertamina masih menjalankan bisnis mereka sendiri-sendiri hal ini berdampak kepada industri manufaktur. Dia menilai, selama ini PLN cenderung semena-mena dalam menentukan tarif listrik kepada industri.
“Akhirnya PLN semena-mena dalam menaikkan tarif, subsidi kurang tinggal minta. Bila dijadikan holding, PLN ini seharusnya bukan bagian untuk cari profit karena mereka disubsidi oleh pemerintah. Hal ini berarti pemerintah ingin mendukung manufaktur secara linier,” jelas dia.
Menurut Achmad, tarif listrik yang diterapkan PLN kepada industri manufaktur selama ini kurang dapat membantu pengusaha. Kendati sejak Januari hingga Maret tahun ini PLN terus menurunkan tarif dasar listrik, namun penurunan tersebut dianggap tidak signifikan.
Sementara, Menteri BUMN Rini Soemarno juga pernah mengatakan, pembentukan holding BUMN antara lain tercapainya efisiensi dengan meminimalkan biaya, memperluas investasi, serta menghindari pengurangan karyawan. Rini juga pernah bicara, dalam holding BUMN energi ini, nantinya PT Pertamina (Persero) akan ditunjuk sebagai induk perusahaan.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto pun pernah menjelaskan, pihaknya siap memimpin holding BUMN energi. Sejak awal, imbuh dia, perseroan memang sudah diposisikan sebagai perusahaan induk atas sejumlah anak usaha Pertamina.
Reporter : Diaz