Eksplorasi.id – PT PLN (Persero) terus mendorong pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dengan memanfaatkan energi mikro hidro di Lokomboro, Kabupaten Sumba Barat Daya, Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur untuk pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTHM).
“Kapasitas terpasang energi mikro hidro di Lokomboro mencapai 2.700 kilo Watt (kW) untuk pembangkit listrik. Setelah beroperasinya PLTHM Lokomboro, PLN melakukan penghematan sebesar Rp10 miliar selama 2015,” kata Direktur Bisnis Regional Sulawesi dan Nusa Tenggara PLN Machnizon Masri di Kupang, Selasa.
Ia menambahkan hingga Februari 2016, PLTHM Lokomboro telah memproduksi 988.293 kWh atau setara dengan pemakaian BBM sebanyak 271.781 liter senilai lebih dari Rp2 miliar.
Masri menjelaskan PLTMH Lokomboro mampu menghasilkan 13.706 kWh per hari dari total produksi setahun mencapai 4.934.252 kWh. Dengan adanya PLTMH tersebut PLN mampu melakukan penghematan BBM diesel (HSD) sebesar 1.356.919 liter atau senilai Rp10 miliar (asumsi harga rata-rata bahan bakar Rp7.500 per liter selama 2015).
Ia mengatakan PT PLN (Persero) akan terus mengembangkan potensi energi baru terbarukan (EBT) mikro hidro di Pulau Sumba, karena memiliki potensi yang sangat luar biasa.
“Kami akan terus berupaya untuk mengembangkan PLTMH di Pulau Sumba, karena potensi mikro hidronya sangat luar biasa, dan akan menjadikan PLTMH Lokomboro di Sumba Barat Daya menjadi salah satu penyokong suplai listrik utama di daratan Pulau Sumba,” ujarnya.
Ia menjelaskan pengembangan program EBT di Pulau Sumba telah dirintis sejak 2010 oleh HIVOS (Humanist Institute for Co-operation with Developing Countries) bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, BAPPENAS dan PLN.
Pada Mei 2013, Bank Pembangunan Asia (ADB) berkomitmen untuk memberikan dana sebesar 1 juta dolar AS atau sekitar Rp13 miliar untuk mendukung pelaksaan teknis proyek, selain bantuan 600.000 dolar AS dari Pemerintah Norwegia.
Ia menambahkan hingga 2011, sebagian besar dari 700.000 penduduk Pulau Sumba tidak memiliki akses penerangan yang bersumber dari listrik, namun saat ini sudah 50 persen penduduk di Pulau Sumba sudah menikmati penerangan dari listrik, dan 40 persen di antaranya menggunakan EBT.
Hingga Agustus 2014, Program Energi Terbarukan Pulau Ikonik di Sumba, telah pula menghasilkan berbagai instalasi energi baru terbarukan dengan kapasitas total terpasang mencapai 4,87 MW.
Umbu Hinggu, seorang tokoh adat Sumba mengatakan keheranannya, karena dirinya tidak pernah bermimpi bahwa air terjun di hutan yang terletak di dekat desanya dapat menghasilkan sumber listrik.
“Sekitar lima tahun lalu, sebuah kelompok lokal yang didukung oleh HIVOS membantu kami untuk membangun sebuah pembangkit listrik tenaga air skala kecil atau mikro hidro yang menyediakan sumber listrik bagi 350 rumah,” tuturnya.
“Daya listrik yang kami gunakan untuk penerangan di seluruh rumah, televisi dan sebuah lemari es. Listriknya stabil selama 24 jam. Ini membuat saya bangga. Sisa energi yang tidak digunakan, kami jual ke PLN dan memberi pemasukan ke kas desa sebesar Rp7 juta per bulan,” ucapnya, menambahkan.
Program Sumba sebagai Pulau Ikonik Program Energi Terbarukan ini menyumbang sekitar 9,8 persen dari total 37,4 persen rasio elektrifikasi Pulau Sumba.
Pemerintah telah mengeluarkan anggaran sebesar Rp131 miliar untuk investasi di sektor kelistrikan, yang antara lain membangun 14.868 unit pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), 100 unit pembangkir listrik tenaga bayu (PLTB), 1.173 instalasi biogas rumah tangga, 12 unit pembangkit listrik tenaga mikro hidro serta 4.158 rumah tangga terlistriki.
Pemerintahan Presiden Joko Widodo bertekad dalam tempo kurang dari lima tahun akan mempensiunkan mesin-mesin genset berbahan bakar solar dan menggantikannya dengan penggunaan 100 persen energi bersih.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said ketika meninjau perkembangan EBT di Pulau Sumba pada April 2015, meminta agar tujuan 100 persen EBT dapat dicapai dalam kurun waktu lima tahun di 2020 melaui kerjasama multipihak.
Saat ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral bersama mitra seperti PLN, Pemprov NTT, serta empat pemerintah kabupaten di Pulau Sumba dan HIVOS tengah menyusun rencana percepatan tersebut.
Potensi EBT yang teridentifikasi dan menunggu untuk pengembangan di antaranya 10MW PLTA, 8.5MW Hidro, 10 MW PLTBm, 10 MW PLTS dan 10 MW PLTB di mana beberapa dari studi Pre-FS ini telah tersedia dari hasil TA ADB 2013-2015.
“Pada bulan Juni 2016 mendatang, Kementerian ESDM bersama HIVOS berencana mengadakan diskusi investasi EBT untuk mempertemukan pihak bisnis mengembangkan potensi yang ada di Pulau Sumba sebagai bagian dari program Sumba Iconic Island,” kata Sandra Winarsa, Manajer Proyek Energi HIVOS kepada Antara secara terpisah.
Eksplorasi | Beritasatu | Aditya