Eksplorasi.id – Polemik harga avtur terus bergulir. Bahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sampai memberikan komentar soal polemik tersebut.
Menurut Kepala Negara, akan ada banyak kompetitor dari PT Pertamina (Persero) yang antre agar bisa menjual avtur di Bandara Soekarno-Hatta.
“Banyak kalau yang mau antre. Saya pastikan walaupun saya belum tahu (perusahaannya), tapi saya pastikan antre,” kata Presiden Jokowi di Jakarta, Senin (11/2).
Menurut Presiden Jokowi, perlu ada kompetisi dan persaingan sehat dalam penjualan avtur dengan harapan adanya efisiensi biaya.
“Harga avtur yang tinggi menjadi salah satu alasan sejumlah maskapai penerbangan menaikkan harga tiket pesawat domestik,” jelas dia.
Direktur Eksekutif Eksplorasi Institute Heriyono Nayottama berkomentar, terkait bisnis dan harga avtur di bandara, sesuai arahan Presiden Jokowi sebenarnya ada dua opsi yang bisa dilakukan.
Pertama, selama harga avtur Pertamina bisa kompetitif, maka masuknya pemain baru baik swasta nasional maupun asing tidak diperlukan.
Kedua, adanya kompetitor belum tentu mereka bisa memberikan penawaran harga dan layanan yang lebih baik dari Pertamina.
“Apalagi harus memenuhi ketentuan yang berlaku di IATA (International Air Transport Association) dan juga sistemnya harus bisa EDI (electronic data interchange) dengan sistem IATA tersebut,” kata dia, Rabu (13/2).
Heriyono menjelaskan, para pesaing Pertamina selama ini tentu saja hanya ingin masuk ke bandara gemuk saja.
“Mereka tidak akan masuk ke daerah atau bandara kecil dan perintis selama tidak ada aturan yang mewajibkannya (saat ini memang belum ada),” ungkap dia.
Dia menerangkan, kondisi tersebut jelas tidak akan mendukung pemerataan maupun pengembangan pariwisata nasional.
“Pemenuhan kebutuhan avtur di bandara-bandara kecil dan perintis selama ini dapat dilaksanakan oleh Pertamina dengan prinsip subsidi silang, sama seperti program BBM satu harga,” jelas dia.
Menurut Heriyono, sebenarnya bisnis avtur di bandara sudah diatur dengan dibagi antara lain supply, storage, dan into plane and marketing.
Supply and storage adalah sinergi BUMN dengan membuat join venture (JV) antara Pertamina dan PT Angkasa Pura.
Sedangkan bisnis into plane services and marketing yang mencari pelanggan, memasarkan produk dan services serta melayani pengisian ke pesawat dengan aman, swasta bisa masuk.
“Shell pernah masuk ke bisnis ini dan akhirnya pull-out karena marketingnya kurang berhasil (misal kreditnya terbatas, dll), sehingga pelanggannya tidak banyak.
Mengutip data dari Kementerian Perhubungan, Heriyono menjelaskan, kontribusi harga avtur terhadap harga tiket hanya 24 persen, bukan 40 persen seperti yang digembar-gemborkan selama ini.
“Perlu diketahui, komponen utama harga selain avtur justru pemeliharaan (19 persen) dan biaya sewa pesawat (16 persen) yang sudah tinggi,” ujar dia.
Heriyono mengungkapkan, sewa (leasing) pesawat modusnya membuat kontrak ke pabrikan seperti Boeing, Airbus, dan sebagainya dengan harga yang lebih mahal dari harga maskapai lain.
“Tapi kemudian ditutupi dengan spesifikasi husus. Ingat kasus yang sedang berjalan soal Roll Royce, di mana Garuda Indonesia kemudian mencari leassor yang bersedia mendanai dengan harga tersebut untuk disewa,” katanya.
Penjelasan Heriyono, sewa pesawat menjadi mahal dan negosiasi menurunkan harga ke leassor sangat sulit dilakukan karena leassor terima harga jadi. “Sewa bisa turun agak besar jika diperpanjang waktu sewanya.”
Dia menambahkan, berdasarkan informasi yang diperolehnya, Menteri BUMN Rini Mariani Soemarno sudah sangat paham bahwa bersaing dengan Singapura sulit, tapi dengan negara-negaa Asean lainnya bisa.
“Sebenarnya, harga avtur Pertamina hanya sedikit di atas Singapura, bahkan bisa lebih murah. Misalnya ketika MOPS naik Singapura langsung menaikkan harga sementara Pertamina hanya mengubah harga sebulan dua kali, per 15 hari,” ucap dia.
Reporter: Sam.