Eksplorasi.id – Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL), Badan Litbang Kementerian ESDM pada Sabtu (20/5), menggelar ‘Open Ship’ Kapal Riset Geomarin III di Pelabuhan Benoa, Bali. ‘Open Ship’ pada hari itu menyampaikan hasil survei berupa temuan potensi gas biogenik di Cekungan Bali Utara.
Pada survei yang dilakukan sejak 26 April hingga 18 Mei 2017, untuk pertama kalinya Geomarin III dilengkapi peralatan lengkap selain seismik 2D, yaitu gravity meter, geomagnete, dan echosounder multibeam. Saat ini belum ada kapal riset di Indonesia, yang dilengkapi peralatan sejenis dan peralatan pendukung Iainnya.
Alat tersebut untuk menentukan model dan dimensi cekungan migas, sehingga akan menambah pemahaman tentang sistem petroleum (petroleum system) yang merupakan konsep penting daIam bidang migas.
Sujatmiko, kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM, mengatakan, aelain Bali Utara, ada sepuluh cekungan lainnya yang direkomendasikan untuk diteliti oleh P3GL.
Rinciannya, Cekungan Sibolga, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan, Utara Jawa Barat, Utara Jawa Timur, Barito, Kutai, Tarakan, Sengkang dan Waipoga. Tujuh cekungan terbukti mengandung gas biogenik dan tiga cekungan di area cekungan frontier.
“Gas biogenik bukan target utama daIam eksplorasi minyak dan gas bumi. Kebanyakan ditemukan tidak sengaja saat pencarian target gas dan minyak konvensional (termogenik). Ke dalamannya antara 500-1.000 meter, sehingga biaya eksplorasi, pengeboran dan produksi relatif murah,” kata dia, dilansir dari situs resmi Kementerian ESDM, Selasa (23/5).
Dia menjelaskan, sekitar 20 persen hingga 30 persen cadangan gas dunia adalah gas biogenik dan baru ditemukan sebesar 4 triliun kaki kubik (tcf) dan sebagian diproduksi di Indonesia.
“Baru 3,8 persen dari total 104 tcf gas cadangan Indonesia yang ditemukan sebagai gas biogenik dan masih banyak yang belum ditemukan di Indonesia,” jelas dia.
Salah satu pemanfaatan gas biogenik di Indonesia di Lapangan Gas Kepodang, BIok Muriah (Cekungan Pati), sekitar 70 km di utara Iepas pantai Rembang.
Lapangan seluas wilayah 2.778 km2 ini menghasiikan gas 354 MMscfd. Gas tersebut dialirkan melalui pipa sejauh 207 km untuk memenuhi PLTGU Tambak Lorok di Semarang. Total kapasitas pembangkit Tambak Lorok sebesar 1.000 MW, dan lapangan gas Kepodang akan menyumbangkan listrik 600 MW.
Potensi gas biogenik dan beberapa sumur telah berproduksi di Cekungan Utara Jawa Timur, berbatasan dengan Cekungan Bali di perairan Bali Utara.
Sumur bor Terang-1 terdapat indikasi potensi gas biogenik pada Formasi Mundu dengan kisaran ke dalaman 600 meter hingga 700 meter di bawah permukaan dasar laut dan penyebarannya sampai ke bagian tenggara Pulau Kangean.
Hasil penelitian potensi gas biogenik ini menunjukkan adanya tempat terakumulasinya migas yang potensial sebagai target analisis lanjut untuk diusulkan sebagai kandidat wilayah kerja (WK) migas di masa mendatang.
Besarnya potensi gas biogenik di Indonesia menjadi target penelitian P3GL berikutnya, sehingga selain menambah lokasi WK migas, juga akan menambah sumber daya gas di Indonesia.
Selain menyampaikan hasil survei gas biogenik, dalam ‘Open Ship’ ini juga disampaikan persiapan survei potensi energi panas laut (Ocean Thermal Energy Conversion/OTEC), di perairan Bali utara yang laut dalamnya cukup dekat pantai. Kapal Geomarin III akan melakukan survei mulai Minggu, (21/5).
OTEC merupakan bagian dari energi baru terbarukan yang bersumber dari perbedaan temperatur air Iaut yang mudah ditemukan pada perairan Iaut tropis.
Potensi OTEC di Indonesia merupakan terbesar di dunia, tersebar di pantai barat Sumatera, selatan Jawa, Sulawesi, Maluku Utara dan Bali. P3GL telah mengkaji dan meneliti potensi OTEC pada 17 lokasi sebesar 41 GW. Untuk itu, P3GL telah merancang Iangkah strategis daiam riset OTEC, terutama menentukan lokasi prospek seluruh Indonesia sebagai dasar investasi OTEC.
Reporter : Sam