Eksplorasi.id – Produsen minyak dan gas asal Amerika Serikat (AS), Energy XXI, kemungkinan akan mencari Chapter II untuk proteksi kebangkrutan pada pekan depan jika harga minyak tetap rendah dan membuat perusahaan ini gagal melakukan pembiayaan atas utang.
Harga Brent sebenarnya terus meningkat sampai level diatas 40 dollar AS per barel. Tapi harga ini amsih jaug dibawah harga BEP 60 dollar AS per barel, untuk perusahaan yang berbasis di Houston ini.
Berdasarkan keterangan perusahaan kepada regulator di AS, Energy XXI punya utang jatuh tempo senilai 4 miliar dollar AS yang jatuh tempo 31 Desember 2016.
Kebangkrutan Energy XXI akan jadi gambaran kegagalan sektor energi terbesar kedua di AS, sejak harga minyak jatuh dan sejumlah produsen migas terancam risiko gagal bayar (default).
Energy XXI melewatkan pembayaran bunga sebesar 8,8 juta dollar AS pada senior notes di 16 Februari 2016 lalu. Perusahaan ini mencoba bernegosiasi dengan pihak pemberi utang untuk merestrukturisasi neraca keuangannya sebelum periode tambahan di 17 Maret 2016.
“Absen untuk perkembangan material untuk pembiayaan migas atau restrukturiasi utang atau perkembangan di likuiditas, kami mungkin mencari proteksi bangkrut untuk melanjutkan usaha untuk merestrukturisasi bisnis dan struktur modal,” papar Energy XXI pada U.S. Securities and Exchange Commission, Senin.
Perusahaan juga akan melikuidasi ladang minyaknya di South Lousiana dan Teluk Meksiko. Likuidasi aset dibawah harga pasar juga akan dilakukan sebelum penilaian neraca keuangan. Perusahaan membukukan rugi 1,3 miliar dollar AS di 31 Desember 2015.
Sebelum Energy XXI, beberapa produsen migas yang bangkrut pada tahun lalu yakni Samson Resource Corp yang mengisi Chapter 11 di Delaware di September 2015 dengan utang sebesar 3,4 miliar dollar AS.
Eksplorasi | Kompas | Yudo