Eksplorasi.id – PT Pertamina (Persero) pada Desember 2016 memeroleh penugasan untuk membangun proyek New Grass Root Refinery (NGRR) Bontang.
Proyek NGRR Bontang menjadi bagian enam proyek kilang yang akan digarap perseroan, seperti Refinery Development Masterplan Program (RDMP) Cilacap, Balongan, Balikpapan, dan Dumai, serta NGRR Tuban.
Rachmad Hardadi, direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina, mengatakan, untuk keenam proyek kilang tersebut perseroan harus menyiapkan dana sekitar USD 15,7 miliar atau sekitar Rp 208 triliun (kurs Rp 13.250).
Investasi tersebut terdiri atas Kilang Balikpapan sebesar USD 5,3 miliar (Rp 70,23 triliun), Kilang Balongan USD 1,2 miliar (Rp 15,9 triliun), Kilang Tuban USD 6,5 miliar (Rp 86,13 triliun), Kilang Cilacap USD 2,7 miliar (Rp 35,78 triliun), dan Kilang Balongan USD 8 miliar (Rp 106 triliun) termasuk investasi petrokimia.
“Banyaknya proyek kilang yang ditangani membuat Pertamina menghitung ulang kemampuan pendanaan. Pengerjaan proyek Kilang Dumai dan Balongan yang sebelumnya bekerja sama dengan Saudi Aramco jadi dikerjakan sendiri oleh Pertamina,” kata Hardadi, belum lama ini.
Dia menambahkan, namun ke depan perseroan berniat masih bisa memiliki saham yang lebih besar. Caranya, menerapkan skema build operate transfer (BOT), sehingga seluruh infrastruktur kilang setelah kontrak berakhir bisa menjadi milik Pertamina.
“Di proyek NGRR Bontang, kami pun menghitung hanya mampu menjadi pemegang saham minoritas. Berdasarkan hitungan finansial, kami hanya bisa memegang saham 10 persen hingga 20 persen di Kilang Bontang,” ungkap dia.
Sekedar informasi, proses project expose Kilang Bontang akan dilakukan pada minggu kedua Februari 2017. Kemudian, pada April 2017 diharapkan sudah ada pemilihan mitra strategis. Proyek kilang dengan kapasitas 300 ribu barel ini diharapkan bisa tuntas pada 2023.
Reporter : Samsul