Eksplorasi.id – Kementerian BUMN pada Jumat (20/4) baru sama mencopot sejumlah direksi di PT Pertamina (Persero), selain Elia Massa Manik yang menjabat sebagai direktur utama (dirut).
“Uniknya, yang diganti mayoritas adalah orang-orang yang dahulu dipromosikan oleh Ahmad Bambang, mantan wakil dirut Pertamina yang kini duduk sebagai salah satu deputi di Kementerian BUMN,” kata Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman di Jakarta, Minggu (22/4).
Menurut dia, jajaran direksi Pertamina yang konon dipromosikan Ahmad Bambang dan kini dicopot adalah Much Iskandar (direktur Pemasaran Korporat), Toharso (direktur Pengolahan), dan Ardhy N Mokobombang (direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia).
“Bahkan kawan dekat Ahmad Bambang, Dwi W Daryoto (direktur Manajemen Aset), juga ikut dicopot. Lalu, orang-orang yang jadi direksi sekarang ini siapa? Sepertinya mereka orang-orang yang netral dan independen, bukan titipan siapa pun,” ujar dia.
Yusri berharap tim manajemen yang baru ini lebih solid dan dengan harapan ke depan Pertamina bisa mengejar ketertinggalan di dalam memperbaiki infrastrukturnya.
Misalnya, seperti proyek upgrading kilang yang dikenal RDMP (Refinery Develoment Masterplan Project) dan bangun kilang baru (grassroot) serta terminal LPG, termasuk mampu menjalankan semua misi Pemerintah Jokowi untuk menyediakan BBM berkualitas dengan harga sama diseluruh Tanah Air.
Seperti diketahui, keempat orang yang konon ‘dipromosikan’ dan kawan dekat Ahmad Bambang telah dicopot kemudian diganti oleh Budi Santoso Syarif (direktur Pengolahan), dan Basuki Trikora Putra (direktur Pemasaran Korporat).
Lalu, M Haryo Junianto (direktur Manajemen Aset), dan Heru Setiawan (direktur Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia). Selain keempat nama baru itu masuk juga nama Gandhi Sriwidodo (direktur Infrastruktur).
Walaupun ada pihak pihak tetap mengaitkan direksi baru dengan sosok Ahmad Bambang, Yusri berkomentar bahwa itu adalah pendapat yang keliru dan tak berdasar, terbukti orang yang dekat dengan Ahmad Bambang terdepak oleh di dalam RUPSLB Pertamina.
Penjelasan Yusri, pergantian direksi BUMN itu hal yang biasa, bisa kapan saja. Dia menambahkan, direksi BUMN itu orang yang ditunjuk oleh pemegang saham (menteri BUMN) untuk mengelola BUMN baik secara korporasi bisnis maupun korporasi untuk penugasan negara (agent of development).
Oleh karena itu, lanjut dia, sudah seharusnya direksi itu mewakili kepentingan pemegang saham (negara RI) yang telah dikuasakan melalui menteri BUMN.
Direksi BUMN pun harus mengikuti arahan dan kebijakan teknis dari kementerian teknis, yakni Kementerian ESDM untuk Pertamina.
“Menjadi sangat aneh apabila direksi BUMN, termasuk Pertamina, jika tidak mengikuti arahan Kementerian BUMN selaku kuasa pemegang saham maupun Kementerian ESDM sebagai kementerian teknis. Apalagi malah melawan kedua kementerian tersebut,” ucap dia.
Komentar Yusri, etika normalnya adalah kalau memang direksi BUMN sudah tidak sepaham dengan Kementerian BUMN maupun kementerian teknis sebaiknya ke depan langsung mengajukan surat pengunduran diri.
Sebelumnya, Komisaris Utama Pertamina Tanri Abeng dalam konferensi pers soal pergantian direksi mengungkapkan, khusus untuk pergantian direksi dari direktur Utama, direktur Pengolahan, direktur Megaproyek, direktur pemasaran, dan direktur Manajemen Aset dilakukan setelah dilakukan kajian oleh jajaran komisaris terkait kondisi terkini.
“Jajaran komisaris melihat proyek kilang dan mega proyek harus dilakukan kajian perubahan biaya. Pasalnya, harga minyak mentah terus naik sehingga mempengaruhi biaya yang bakal dikeluarkan oleh Pertamina juga,” jelas dia.
Komentar Tanri, diperlukan penanganan secara intensif agar semua proyek bisa dijalankan. “Selain itu, ada pula terkait putusnya pipa bawah laut di Balikpapan yang menjadi salah satu kajian terkait pergantian direksi kali ini,” ujar Tanri.
Faktor lain, lambannya perkembangan proyek kilang dan terjadinya kelangkaan premium disebut salah satu yang menyebabkan beberapa direksi lama itu harus diganti. Secara umum, pergantian ini disebut sebagai rangkaian dari semua aspek pembentukan holding migas.
Tanri pun menyebutkan, perseroan bisa saja mengubah target dari rencana kerja dan proyek-proyek dengan pergantian direksi ini. “Semua akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini,” kata dia.
Reporter: HYN