Eksplorasi.id – Unit usaha Kalla Grup, PT Bumi Sarana Migas (BSM), menggandeng PT Pertamina (Persero) membangun proyek fasilitas energi terpadu berbasis LNG di Bojonegara, Serang, Banten.
PT BSM dan Pertamina rencananya akan membuat perusahaan patungan dalam pembangunan terminal penyimpanan gas alam cair tersebut.
Vice President LNG Pertamina Didik Sasongko Widi mengatakan, semula pihaknya hanya ingin membangun terminal penerima LNG. Namun, melihat perkembangannya, proyek tersebut ditingkatkan menjadi kompleks terpadu.
Dia menjelaskan, kompleks energi terpadu itu akan diisi oleh terminal penerima LNG dan regasifikasi, kilang minyak baru, dan PLTGU berkapasitas 1.000 MW hingga 2.000 MW.
“Seluruh proyek ini dibangun di luar peta perencanaan perseroan. Seperti contohnya, pembangunan kilang ini di luar program Refinery Development Master Plan (RDMP) bagi empat kilang eksisting dan dua kilang Grass Root Refinery (GRR) baru,” ungkap dia.
Menurut dia, pembangunan PLTGU tersebut juga di luar Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) milik PT PLN (Persero) dari tahun 2016 hingga 2025.
Menurut Didik, kompleks energi terpadu tersebut tidak sepenuhnya dimiliki perseroan. Proyek ini akan berbentuk perusahaan patungan (joint venture), di mana Pertamina hanya memeroleh saham minoritas.
“Mayoritas kepemilikan saham dipegang oleh PT BSM. Proyek ini diharapkan beroperasi pada 2020, di mana fasilitas terminal penerima LNG bisa berjalan terlebih dahulu,” jelasnya.
Didik berkomentar, tahap pertama akan dibangun terminal LNG berkapasitas 500 MMscfd. Ke depan, kapasitas terminal itu akan diperbesar menjadi 1.000 MMscfd pada tahap kedua.
Dia menjelaskan, proyek tersebut merupakan satu dari beberapa infrastruktur LNG yang akan dibangun perusahaan dalam jangka menengah.
Masih Dikaji
Sebelumnya, pada Mei lalu, Dirut Pertamina Dwi Soetjipto pernah mengatakan, pihaknya masih mengkaji lebih jauh proyek kerja sama perseroan dengan PT BSM.
Pasalnya, negosiasi harga pengantaran gas melalui pipa atau toll fee, serta biaya regasifikasi masih dalam tahap negosiasi. “Sekarang masih dalam proses. Progresnya masih cukup panjang,” kata Dwi, Minggu (1/5).
Informasi yang dihimpun Eksplorasi.id, awalnya toll fee ditetapkan sebesar USD 2,58 plus PPN, dan biaya regasifikasi USD 1,58 plus PPN. Kemudian ada penurunan regasifikasi turun USD 0,2 menjadi USD 1,56 dan toll fee turun USD 0,89 menjadi USD 2.
Pertamina diketahui telah meneken pokok-pokok kesepakatan (head of agreement/HoA) dengan PT BSM untuk membangun proyek senilai USD 500 juta tersebut pada 1 April 2015.
Bermasalah
Jauh sebelum itu, Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman pernah berkomentar, dirinya meminta aparat penegak hukum untuk menyelidiki adanya dugaan hengki pengki dalam proyek tersebut.
Baca juga :
Yusri menduga ada ‘intervensi’ dalam proyek itu. Pasalnya, PT BSM dimiliki keluarga yang kini menjabat sebagai orang nomor dua di republik ini, yakni Jusuf Kalla.
Konon, lanjut dia, diduga PT BSM hanya bermodalkan uji kelayakan (feasibility study/ FS) untuk bisa bermitra dengan Pertamina. “Faktanya, PT BSM masih tergolong perusahaan kemarin sore, yang usianya belum genap dua tahun sejak berdiri pada Juli 2014,” jelas Yusri.
Reporter : Diaz