Eksplorasi.id – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menilai perlu ada stimulus untuk menarik investor agar berminat menanamkan modalnya pada sektor hulu migas di Indonesia.
Terlebih, menurut Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi, saat ini investor masih menghadapi banyak permasalahan di sektor hulu migas yang menghambat dalam pengembangan usaha.
Amien menjelaskan, peringkat investasi di sektor hulu migas Indonesia berada di level 113 dari 126 negara. “Hal tersebut menunjukkan bahwa minat investasi penanam modal masih rendah. Minat investasi di sektor hulu migas Indonesia nomor 13 dari yang terbawah,” ujarnya.
Dirinya menegaskan, ada banyak persoalan yang membuat minat investasi di sektor hulu migas minim. “Beberapa masalah tersebut adalah regulasi yang masih tumpang tindih dan tidak kosisten,” katanya.
Selain itu, tambahnya, kualitas infrastruktur juga belum mampu untuk mendukung sektor hulu migas. Kendati begitu, lanjutnya, ada hal yang membuat sektor hulu migas di Indonesia lebih menarik dibandingkan dengan beberapa negara lain.
“Seperti Indonesia dinilai memiliki tenaga kerja yang terlatih. Selain itu, situasi politik yang stabil menjadi daya tarik lainnya. Hal itu turut mendorong investasi hulu migas di Indonesia,” tuturnya.
Amien mengungkapkan, saat ini ada 314 Wilayah Kerja Migas di Indonesia. Saat ini sebanyak 61 Wilayah Kerja mengalami terminasi, 84 sedang eksplorasi, 67 produksi dan17 pengembangan. Hal itu menunjukan yang melakukan eksplorasi cukup banyak, sehingga diharap dari eksplorasi tersebut akan ditemukan cukup banyak cadangan.
“Mengingat cadangan minyak saat ini jauh lebih kecil, hanya 4 miliar barel bila dibandingkan era 1960 hingga 1970 yang mencapai 20 miliar barel. Pertumbuhan cadangan menurun dikarenakan penemuan cadangan besar tidak berlangsung cepat,” tandasnya.
Eksplorasi | Tempo | Aditya