Eksplorasi.id – PT Pertamina (Persero) baru saja merombak susunan direksi yang baru. Ada beberapa jabatan ‘baru’ di kursi direksi saat ini.
Secara keseluruhan direksi Pertamina saat ini berjumlah 11 dari semula 10 orang. Adapun susunan direksi sebelumnya adalah, direktur Utama, direktur Keuangan, direktur Hulu, dan direktur Gas.
Kemudian, direktur Pemasaran, direktur Manajemen Aset, direktur Pengolahan, direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko, diirektur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia, serta direktur SDM.
Sementara susunan baru, posisi direktur Pemasaran kini dipecah menjadi tiga bagian, yakni direktur Pemasaran Korporat, direktur Pemasaran Retail dan direktur Logistik, Supply Chain, Infrastruktur.
Posisi direktur Gas dalam struktur baru dihilangkan. “Kenapa direktorat Pemasaran pecah tiga, karena adanya konflik kepentingan. Ini untuk mengakomodir adanya orang dalam dan orang luar di posisi pemasaran,” kata sumber Eksplorasi.id di Jakarta, Rabu (14/2).
Sumber mengatakan, semestinya direktorat Pemasaran tidak usah dipecah menjadi tiga bagian, cukup dua bagian saja. “Perlu diketahui, Pertamina itu bukan product based melainkan fungsional based,” ujar sumber.
Sumber menambahkan, jika ingin adanya penambahan direktorat seharusnya yang ditambahkan adalah posisi direktur Perkapalan dan Distribusi.
“Posisi Direktorat Gas bisa digabung ke dalam Pemasaran, biar tidak tumpang tindih dengan infrastruktur BBM,” ucap sumber. Dengan Direktorat Gas dibuang, di bawah Direktor Pemasaran tambah satu SVP, yakni SVP Gas dari semula hanya SVP Fuel dan SVP Non Fuel,” terang sumber.
Setengah Hati
Adanya perubahan struktur baru itu ternyata menyisakan cerita tersendiri. Menurut sumber, terjadi friksi antara Menteri BUMN Rini Mariani Soemarno dengan Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik.
“Adanya perubahan itu karena Massa Manik bisa dikatakan membangkang usulan yang diajukan Rini Soemarno. Beredar kabar, Massa Manik melakukan lobi-lobi hingga ke Istana. Namun, hal itu memang susah dibuktikan,” ungkap sumber.
Sumber bercerita, bukan rahasia umum lagi jika Massa Manik cukup dekat dengan Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan.
“Karena Rini tidak ingin berseteru dengan Luhut, maka terpaksa Rini coba mengakomodir usulan Massa Manik. Makanya rapat umum pemegang saham (RUPS) sempat mundur beberapa jam dari yang dijadwalkan semula,” jelasnya.
Penjelasan sumber, Rini Soemarno akhirnya terpaksa menyetujui hasil RUPS tersebut dengan ‘setengah hati’. “Ini jelas sangat tidak kondusif bagi Pertamina ke depannya,” terangnya.
Setop Bancakan
Di konfirmasi terpisah, Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Uman mengatakan, RUPS Pertamina yang baru saja terjadi merupakan RUPS paling tragis yang berakhir ‘ejakulasi dini’ sejak Pertamina berdiri.
“Bayangkan, sejak dimulainya November 2014 hingga 13 Februari 2018 telah terjadi lima kali ganti struktur. Berapa biaya untuk mengganti atau mengubah nomenklatur yang ada BUMN tersebut? Ini jelas inefisensi!” tegasnya.
Di satu sisi, Yusri pun menyarankan sebaiknya Direktorat Pemasaran cukup dua saja jangan tiga. “Direktur Perkapalan dan Distribusi membawahi SVP Perkapalan serta SVP Suplai dan Distribusi,” kata dia.
Lalu, direktur Pemasaran Korporat membawahi SVP Industrial Marketing dan SVP Ritel Marketing. “Menurut saya, ini lebih mudah diterima oleh serikat pekerja (SP) karena dulu ada Direktorat Perkapalan dan hingga kini mereka masih menginginkan perkapalan jadi direktur,” jelas dia.
Yusri menambahkan, hanya saja, jika Perkapalan diakomodir, saat ini posisi direktoratnya diperluas menjadi Perkapalan dan Distribusi, di mana bertanggung jawab terhadap distribusi produk seperti BBM, elpiji, aviasi, aspal, dan sebagainya hingga ke depo-depo.
“Nah, direktur Pemasaran bertanggung jawab memasarkan dan menjual produk termasuk pengirimannya (dari depo) hingga ke konsumen/lembaga penyalur terdepan seperti SPBU, agen, dan lainnya.
Yusri juga mengkritisi nama Nicke Widyawati yang menjadi Plt direktur Logistik, Supply Chain, Infrastruktur, di mana kewenangan sangat luas, termasuk membawahi ISC.
“Patut pula diduga ada campur tangan elit partai yang pernah menjadi rekan sekerjanya waktu di PT Rekayasa Indonesia (Rekin). Apa kehebatan dia? Kabar yang beredar, kinerja dia di PT PLN (Persero) juga biasa saja. Lihat saja juga kinerja di Pertamina sebagai direktur SDM juga tidak istimewa. Ironisnya, dia juga diberikan peran besar dalam mempersiapkan holding migas, apa tidak kacau ini?” ungkap dia.
Dia juga menilai wajar jika internal Pertamina sekarang bergejolak. Pasalnya, imbuh Yusri, jabatan direktur adalah jabatan karir yang pantas diberikan kepada karyawan Pertamina yang sudah merintis dari bawah dan mempunyai kompentesi dan integritas yang tinggi.
“Di Pertamina banyak yang hebat-hebat. Droping calon direksi dari luar itu tidak baik bagi proses kaderisasi di Pertamina. Katanya menuju perusahaan kelas dunia tapi banyak orang luar lompat pagar yang masuk ke Pertamina,” jelasnya.
Yusri berkomentar, Pertamina ke depan harus bisa mengedepankan profesionalisme dalam menunjuk seorang direksi, bukan berdasarkan ‘titipan’ seseorang.
“Berhentilah menjadikan Pertamina sebagai bancakan. BUMN ini memiliki peran vital bagi keberlangsungan ketahanan energi di republik ini,” tegas dia.
Penjelasan dia, pemisahan demikian jauh lebih mudah dan cepat diterapkan karena tidak banyak berubah di tingkat bawah.
“Keberatan SP soal operasional diisi oleh orang luar masih bisa diakomodir karena di pemasaran saat ini operasi terberat adalah distribusi untuk menjamin ketersediaan produk di tingkat depo,” ujarnya.
Yusri menilai, kalau produk di depo ada atau mencukupi, maka tidak akan ada kekosongan di SPBU atau agen. “Tugas baru direktur Pemasaran ke depan lebih diarahkan untuk inovasi produk-produk baru dan branding, termasuk elpiji non subsidi 3 kg serta CNG/LNG dalam botol komposit untuk menekan impor elpiji, energi baru/terbarukan dan lain sebagainya,” terang dia.
Reporter: HYN
Comments 1